Alternatif Pertanian Dunia di Masa Depan Dibahas di Australia

Alternatif Pertanian Dunia di Masa Depan Dibahas di Australia
Alternatif Pertanian Dunia di Masa Depan Dibahas di Australia

Sekelompok ahli dan pakar hortikultura dari seluruh dunia berkumpul di Gold Coast, untuk membicarakan masa depan pertanian. Para petani di Australia diajak untuk bisa berpikir lebih dari sekadar pertanian tradisional.

Pertanian memiliki masa depan yang menjanjikan, mulai dari lahan pertanian di puncak gedung tinggi, atau menanam di tengah gurun pasir, atau menggunakan aplikasi di telepon genggam untuk transportasi produk pertanian.

Beberapa topik tersebut menjadi pembahasan dalam pertemuan yang dihadiri para ahli dan pakar hortikultura.

Salah satu pembicara adalah David Rosenberg, direktur eksekutif AeroFarms, yang mengagas pertanian secara vertikal.

Pertanian dengan model vertikal ini tidak membutuhkan tanah atau sinar matahari dan bisa memproduksi 70 kali lebih banyak produk per hektar, dari pertanian tradisional lainnya.

"Kita membangun fasilitas kesembilan dan memiliki 12 tingkat, yang satu sama lain saling berlapis," jelas Rosenberg. "Tiap tingkat punya jarak 90 sentimeter dengan tinggi setiap barisan sekitar 9 meter dan panjang 27 meter. Ada sekitar 35 tingkatan, dengan menghasilkan 1 juta kilogram produk setiap tahunnya."

Metode pertanian vertikal ini membutuhkan air lebih sedikit dari pertanian tradisional, setidaknya hingga 95 persen lebih sedikit. Penggunaan pupuk pun lebih sedikit, hampir setengah dari kebutuhan pupuk pertanian tradisional, dan tidak membutuhkan pestisida, herbisida, maupun fungisida.

Alternatif Pertanian Dunia di Masa Depan Dibahas di Australia
Tumbuhan aerofonik dengan metode pertanian vertikal farm. Foto: AeroFarms.

Salah satu pembicara lainnya adalah Blair Richardson, presiden dari Dewan Kentang di Amerika Serikat.

Sekelompok ahli dan pakar hortikultura dari seluruh dunia berkumpul di Gold Coast, untuk membicarakan masa depan pertanian. Para petani di Australia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News