Altius
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Namun, persahabatan mengatasi segalanya. Barshim rela berbagi, dan Tamberi seolah mendapatkan hidup yang kedua.
"Setelah cedera patah kaki, saya hanya ingin kembali, tetapi sekarang saya memiliki emas ini, itu luar biasa, saya memimpikan ini berkali-kali," kata Tamberi.
Ketika cedera di Rio, dokter memberi tahu Tamberi bahwa kondisi cederanya parah, dan dia tidak akan bisa melompat kembali. Ternyata, semuanya seperti keajaiban.
"Saya diberi tahu pada 2016 di Rio ada risiko saya tidak akan bisa bersaing lagi. Ini adalah perjalanan yang panjang," kata Tamberi.
Bagi Barshim, emas ini adalah berkah dari ketekunan dan profesionalisme. Ia pernah mendapat medali perunggu, yang kemudian ditingkatkan lagi menjadi perak di Olimpiade London 2012. Dia kembali meraih perak di Rio 2016, dan memenangi dua gelar dunia berturut-turut pada 2017 dan 2019.
Kali ini dia menyempurnakan prestasinya dengan emas Olimpiade, yang dia capai dengan penuh martabat.
Kisah ini menginspirasi banyak orang. Hidup bukan hanya untuk berkompetisi, bersaing menjadi yang paling cepat, paling kuat, dan paling tinggi, tetapi ada ruang untuk berbagi berdasarkan kemanusiaan dan spirit kebersamaan.
Jangan permasalahkan agama, suku, bangsa, dan negaramu. Tamberi adalah Katolik dan Barshim seorang muslim.
Berbagi emas untuk satu nomor adalah yang pertama kalinya dalam Olimpiade sejak 1912.
- IOC dan TCL Umumkan Kemitraan Top Global Hingga 2032
- Megan C Sutanto Bermimpi Bisa Berlaga di Olimpiade
- Michelle Elizabeth Surjaputra Resmi Pimpin FTI DKI Jakarta 2024-2028
- Warganet: Pembukaan Olimpiade Paris Beda Kelas dengan Asian Games 2018
- Ganda Putri Thailand Ini Berniat Gantung Raket setelah Olimpiade
- Inilah Sosok Peraih Medali Emas Terbanyak di Olimpiade Paris 2024