Ambacang, Cagar Budaya yang Diubah Peruntukannya

Ambacang, Cagar Budaya yang Diubah Peruntukannya
Sisa-sisa Hotel Ambacang sekitar 10 hari setelah gempa. Foto: Arsito Hidayatullah/JPNN.
Ini bukan soal pelanggaran terhadap ketentuan cagar budaya. Tetapi, ini menyangkut kekuatan bangunan dan keselamatan penghuninya. Sebab, bangunan tambahan di atas gedung utama itu dilakukan tanpa menghitung kekuatan fondasi bangunan asli.

Parahnya lagi, kolom-kolom dan besi-besi beton yang digunakan untuk menyangga empat lantai bangunan baru itu tidak diperhitungkan dengan benar. Itu bisa dilihat pada reruntuhannya. Tulang beton yang digunakan sangat kecil, besi beton ulir dicampur dengan yang polos, sengkangnya banyak yang kosong. Kalaupun ada yang memakai sengkang, pemasangannya salah. Ada kolom yang sebenarnya kecil dan tidak layak untuk menyangga bangunan lebih dari satu lantai, diperbesar dengan tambalan batu bata. Tragisnya, yang sudah kecil itu pun, kekuatannya masih di-"korupsi" dengan memasukkan paralon untuk saluran pembuangan air.

Kondisi seperti ini bisa dilihat di semua bangunan tambahan hotel itu. Inilah salah satu sebab mengapa lantai dua ke atas hancur total. Padahal, lantai tersebut menjadi pusat berkumpulnya para tamu karena di situlah letak ruang-ruang seminar dan pertemuan lain.

Begitu pula bangunan yang berada di dekat kolam renang. Bangunan itu seperti dipelintir ketika gempa datang mengguncang. Padahal, bangunan itu menggunakan struktur baja. Berarti pemasangan dan penghitungannya tidak sesuai ketentuan.

Cerita tentang gempa Padang terasa belum lengkap kalau tidak menyebut Hotel Ambacang. Sebab, sampai sekarang tak banyak yang menyoal mengapa komplek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News