Amerika Curigai Pekerja Perusahaan China di Kuba

jpnn.com, NEW YORK CITY - Amerika Serikat mengawasi para pekerja dari perusahaan besar telekomunikasi China di Kuba, menurut laporan Wall Street Journal pada Rabu.
Para pekerja itu diduga melakukan operasi mata-mata di pulau itu selama masa jabatan mantan Presiden AS Donald Trump.
Pejabat AS meninjau data intelijen yang melacak pekerja yang masuk dan keluar dari fasilitas sejumlah perusahaan China, yaitu Huawei Technologies dan ZTE.
Fasilitas tersebut diduga menjadi tempat operasi mata-mata di pulau Karibia itu, menurut harian tersebut yang mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut.
"Intelijen menunjukkan kecurigaan di dalam pemerintahan Trump bahwa perusahaan telekomunikasi itu kemungkinan berperan dalam melebarkan kemampuan China untuk memata-matai AS dari pulau itu," sebut Wall Street Journal.
Menurut harian itu, tidak jelas apakah pemerintahan Biden saat ini akan terus melanjutkan untuk melacak para pekerja.
Huawei menyangkal laporan tersebut dan menyebutnya "tuduhan tanpa dasar", dan ZTE tidak menanggapi permintaan untuk komentar, kata laporan itu.
Pada Selasa, Mike Gallagher, ketua Komite Kongres AS tentang Partai Komunis China, mengirimkan surat kepada Direktur Intelijen Nasional Avril Haines dan Menteri Perdagangan Gina Reimondo, meminta penjelasan mengenai kebijakan AS untuk mengendalikan ekspor teknologi Amerika kepada perusahaan-perusahaan telekomunikasi China.
Amerika Serikat mengawasi para pekerja dari perusahaan besar telekomunikasi China di Kuba, menurut laporan Wall Street Journal pada Rabu
- Thong Guan Industries Bhd asal Malaysia Resmi Berinvestasi di KIT Batang, Jawa Tengah
- AS Anggap Tindakan Zelenskyy Mengacaukan Upaya Penyelesaian Konflik
- Berdebat Sengit dengan Trump, Zelenskyy Tinggalkan Gedung Putih Lebih Awal
- Awas, Pemegang Kripto Harus Waspada pada Perang Dagang AS vs China
- Luhut Sebut Kebijakan Donald Trump Bisa jadi Peluang Indonesia
- Dunia Hari Ini: Setidaknya Sembilan Tewas karena Banjir di Amerika Serikat