Amerika Siap Garap Mesir
Wamenlu AS Kunjungi Kairo 


jpnn.com - 
Burns merupakan pejabat senior pertama AS yang berkunjung ke Mesir sejak Muhammad Mursi terguling dari kursi presiden lewat kudeta pada 3 Juli lalu. Kemarin dia bertemu dengan para petinggi militer dan pejabat pemerintahan sementara Mesir. Dalam kesempatan itu, dia meminta pemerintahan sementara supaya berusaha keras menghentikan kekerasan yang masih terus muncul di masyarakat.


''Kami juga mendesak segera terciptanya pemerintahan sipil baru yang inklusif dan demokratis,'' ujar Departemen Luar Negeri dalam pernyataan tertulis terkait dengan kunjungan Burns kali ini. Sebelumnya, Beblawi berjanji untuk segera melangsungkan pemilu demi terbentuknya pemerintahan yang baru. Tetapi, Ikhwanul Muslimin bersikukuh agar Mursi dikembalikan ke jabatan semula sebagai presiden.


Sejak militer melengserkannya dari kursi presiden, kabar Mursi tidak lagi terdengar. Beberapa jam setelah kudeta damai tersebut terjadi, militer menangkap dan mengamankan pengganti Hosni Mubarak itu ke lokasi rahasia. Belakangan diketahui bahwa tokoh 61 tahun itu berada di salah satu fasilitas milik Kementerian Pertahahan. Saat ini, dia berstatus sebagai tahanan rumah.


Hingga kemarin, militer masih merahasiakan lokasi penahanan Mursi. AS dan negara-negara sekutunya berkali-kali mendesak militer supaya membebaskan politikus berkacamata tersebut. Masyarakat internasional mengkhawatirkan kondisi presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis itu. Sebab, selain ditahan di lokasi rahasia, militer tidak mengizinkan Mursi untuk berkomunikasi dengan pihak luar.


Sejauh ini, Washington belum memutuskan apa pelengseran Mursi pada 3 Juli lalu itu merupakan salah satu bentuk kudeta atau tidak. Nasib bantuan tahunan AS untuk Mesir yang jumlahnya mencapai USD 1,5 miliar (sekitar Rp 15 triliun) pun masih belum jelas. Jika nanti hasil penyelidikan menunjukkan bahwa Mursi adalah korban kudeta, pemerintahan Presiden Barack Obama akan langsung menyetop bantuan. 


Bersamaan dengan kunjungan Burns, pemerintahan sementara membekukan aset sembilan petinggi Ikhwanul Muslimin dan lima tokoh Islam yang lain. ''Pembekuan aset tersebut merupakan bagian dari penyelidikan yang dipimpin Jaksa Ketua Hisham Barakat,'' kata seorang sumber pengadilan. Salah satu tokoh yang asetnya dibekukan adalah Mohamed Badie, pucuk pimpinan paling tinggi Ikhwanul Muslimin.


Sumber pengadilan yang namanya tidak disebutkan itu menambahkan bahwa pembekuan aset tersebut dilakukan setelah tim jaksa menerima laporan kriminal terhadap Mursi. ''Jaksa menerima beberapa keluhan kriminal terhadap Mursi, Badie, dan beberapa tokoh Islam lain yang asetnya dibekukan mulai hari ini (kemarin),'' ungkapnya. Dalam waktu dekat, menurut dia, pengadilan akan mulai menyelidiki secara formal.


Pembekuan aset itu menuai reaksi positif dari Ezzedine Choukri-Fishere, dosen ilmu politik American University di Kairo. ''Khairat El-Shater (wakil ketua Ikhwanul Muslimin) dan para pemimpin Ikhwanul Muslimin yang lain punya misi untuk memperuncing perbedaan dan memantik konfrontasi,'' ucapnya. Itu sebabnya, lanjut dia, Ikhwanul Muslimin menolak bergabung dengan pemerintahan sementara. (AP/AFP/hep/c15/dos)


KAIRO - Amerika Serikat (AS) mulai serius menyikapi kemelut politik Mesir. Kemarin (15/6) Wakil Menteri Luar Negeri William ''Bill'' Burns
- Ukraina & Suriah Perkuat Hubungan Diplomasi Kemanusiaan di Tengah Invasi Rusia
- Gencatan Senjata Tak Berpengaruh, Tentara Israel Tetap Lakukan Pelanggaran di Lebanon
- Arab Saudi Janjikan Pelayanan Kelas Dunia untuk Jemaah Haji & Umrah
- Korsel Diguncang Skandal Politik, Korut Pamer Rudal Hipersonik
- Jerman dan Amerika Diguncang Aksi Teror, Prancis Panik
- Iran Izinkan Anak 14 Tahun Jalani Operasi Plastik demi Kecantikan