Amoroso Katamsi Cerita soal Komentar Pak Harto dan Bu Tien
”Secara garis besar, iya. Tapi, dalam pengadeganan, terkadang ada pengembangan. Sutradara kan seniman, dia melihat situasi, lalu berkreasi. Misalnya, blocking-nya begini,” urainya.
Amoroso melanjutkan, Penumpasan Pengkhianatan G 30 S/PKI merupakan film cerita yang bersendi sejarah. ”Namanya film cerita, harus menarik. Unsur dramatiknya harus dijaga betul,” lanjut dia.
Ada satu adegan yang menurut Amoroso cukup berat. ”Berat bukan dalam arti fisik ya, tapi emosi,” ucap dia.
Yaitu, scene di Kostrad. Mayjen Soeharto yang ketika itu menjabat panglima Kostrad dihadapkan pada situasi tegang pasca pembunuhan para jenderal dan dia harus mengambil keputusan.
”Pak Harto orangnya tidak ekspresif. Tegang, tapi tidak ekspresif. Nah, itu permainan emosi dari dalam. Gestur sedikit membantu, tapi yang lebih berperan adalah rasa,” ungkapnya.
Amoroso mengingat, syuting berlangsung bisa dari pagi sampai tengah malam. Paling lama pernah sampai dua pekan.
”Kalau sedang take, ya intens. Tapi, saat break atau bukan gilirannya take, rileks saja. Kalau ikutan tegang, capek,” kata Amoroso.
Dia biasanya mengobrol dengan orang-orang di lokasi syuting. Dengan beberapa pemeran, dia sudah kenal.
Ada satu adegan di Film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S/PKI yang menurut Amoroso Katamsi cukup berat.
- Lokananta, 15 Maret 1965, dan Koleksi Langka Vinil Genjer-Genjer
- LIhat, KSAL Didampingi Jajarannya Berdiri Tegak & Memberi Hormat
- Komentari Gatot Nurmantyo, Moeldoko Pakai Kata Subjektif dan Perasaan
- Mahfud MD: Kiai Saya Dibunuh Oleh PKI!
- Sepertinya Film G30S Cuma Fiksionalisasi Soeharto sebagai Pahlawan Penumpas PKI
- Jelang 30 September, Panglima TNI-KSAD Diminta Tayangkan Film G30S/PKI