Amputasi Cara Satu-satunya, Raih Beasiswa dari Australia
Syamsul Bahri juga selalu berusaha untuk memberikan perhatian dan memantau hal-hal berkaitan dengan pengembangan penyandang disabilitas dari berbagai aspek.
Salah satunya, dengan membuat program advokasi yang berkaitan dengan pembangunan dan pemberdayaan terhadap penyandang disabilitas. Termasuk juga mengawal fasilitas publik yang ada di kota ini.
”Kalau dari segi fasilitas publik yang ramah terhadap kami memang sudah lebih baik. Namun, dari segi perhatian pemerintah terhadap organisasi kami masih kurang. Bahkan, kami sering dimanfaatkan oleh oknum birokrat tertentu demi sebuah politik anggaran dalam even-even tertentu,” jelasnya.
Ia menambahkan, implementasi UU No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas masih sangat lemah.
Sehingga mereka tidak hanya dimanfaatkan demi kepentingan tertentu, perlakuan diskriminatif terhadap difabel juga masih terjadi.
”Jumlah penyandang disabilitas di Kota Padang ini mencapai seribu orang. Namun, yang kehidupannya benar-benar baik, sangat sedikit dari jumlah tersebut,” jelasnya.
Kepada masyarakat Syamsul berharap untuk memberikan ruang dan kesempatan bagi difabel untuk berkarya dengan menghargai mereka, karena semua manusia sama di hadapan Tuhan.
”Jangan sekali kali mendiskriminasi mereka yang memiliki kekurangan. Karena di balik kekurangan kami tersimpan kelebihan yang tidak dimiliki manusia pada umumnya,” pesannya.
Syamsul Bahri akhirnya sadar bahwa tidak ada jalan lain untuk bisa bertahan hidup. Satu-satunya cara, kakinya harus diamputasi.
- Peduli Atlet Disabilitas, ASABRI Dukung Turnamen Menembak Pusrehab Kemhan
- Mensos Temukan 1 Keluarga Penyandang Disabilitas di Surabaya Tak Terima PKH
- Datangi Rumah Penerima Manfaat, Wamensos Agus Jabo Bilang Begini
- Janji Robinsar Fajar di Debat Perdana, Beri Kesetaraan Disabilitas & Bangun Youth Center
- Polda Kalteng dan Kemensos Salurkan 30 Kursi Roda ke Penyandang Disabilitas
- Pelindo Solusi Logistik Dukung Kemandirian Tunanetra lewat 'Pijar'