An-Noor, Musala Perjuangan bagi TKI di Daejeon, Korsel

Jamaah Bertambah, Yasinan Numpang di Gereja

An-Noor, Musala Perjuangan bagi TKI di Daejeon, Korsel
An-Noor, Musala Perjuangan bagi TKI di Daejeon, Korsel
   

Semuanya berawal dari sebuah komunitas yang dibentuk para TKI di Daejeon pada 2008 lalu. Dari hari ke hari jumlah anggota komunitas dengan nama Imnida (Ikatan Muslim Indonesia) itu semakin banyak. Akhirnya mereka membuat majelis yasinan. "Kumpulnya setiap Minggu. Sebab, semua pekerja kan libur. Sebelum yasinan, kami kumpul-kumpul dan kadang bermain sepak bola," paparnya.

   

Kadang, ketika tempat pertemuan tak cukup, para jamaah yang semuanya buruh migran asal Indonesia itu pun menggelar pengajian di sebuah gereja. Kebetulan gereja tersebut juga merupakan shelter bagi migran atau pekerja asing. "Gereja itu bernama Gereja Bindel di kawasan Hwadong. Di sana ada shelter yang dikelola oleh sebuah LSM. Peserta yasinan di gereja saat itu mencapai 40 orang," jelas Subhan sembari membenahi letak peci putihnya.

   

Namun, mereka tak lama menggelar pengajian di tempat ibadah kaum Nasrani tersebut. Sebab, Gereja Bindel direnovasi dan para TKI harus mencari tempat lain. Komunitas pengajian terus bertambah. Pesertanya tak hanya TKI. Beberapa mahasiswa yang menimba ilmu di Korsel juga ikut bergabung.

   

Setelah bertukar ide, akhirnya muncul gagasan untuk memberikan kursus bagi TKI. Pematerinya adalah mahasiswa. "Jadi, setiap pertemuan tak hanya digunakan untuk pengajian. TKI juga mendapat kursus dari mahasiswa," paparnya.

Menempati lantai atas sebuah ruko di Daejeon, Korsel, para TKI mengubahnya menjadi tempat multifungsi. Musala untuk beribadah, kursus, kuliah jarak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News