An-Noor, Musala Perjuangan bagi TKI di Daejeon, Korsel
Jamaah Bertambah, Yasinan Numpang di Gereja
Selasa, 28 Juni 2011 – 08:08 WIB
Setelah melalui persiapan matang, dimulailah proses belajar-mengajar. Ada tiga "pelajaran" yang diterima TKI. Yakni, bahasa Inggris, bahasa Korea, dan komputer. Semua dihelat setelah pengajian.
Belajar sekaligus beribadah itu dilakukan dengan nunut di DICC (Daejeon International Community Center). Tempat tersebut memang merupakan fasilitas umum bagi orang asing di Daejeon. Karena itu, untuk meminjam tempat, para TKI dan mahasiswa tak perlu mengeluarkan biaya sepeser pun.
Ketika belajar dan beribadah yang dilakukan setiap minggu, beberapa TKI dan mahasiswa berupaya mencari tempat permanen untuk dijadikan musala sekaligus "kampus" bagi TKI. "Akhirnya kami memilih ruko ini sebagai musala. Dulu tempat itu adalah warnet," ucap Dedy.
Jika belajar dan ibadah berjalan mulus meski harus berpindah-pindah tempat, mendirikan musala butuh upaya keras. Pertama, para TKI tidak punya cukup dana. Kedua, mengurus perizinan untuk tempat ibadah di Korsel tidaklah gampang.
Menempati lantai atas sebuah ruko di Daejeon, Korsel, para TKI mengubahnya menjadi tempat multifungsi. Musala untuk beribadah, kursus, kuliah jarak
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408