Ana Muslim, Karya Seni Alumni 212 Dipentaskan di Australia
Reuni aksi 212 digelar di tahun-tahun berikutnya dan sejumlah pihak telah menganggapnya sebagai ajang menujukkan dukungan politik bagi Prabowo Subianto yang saat itu menjadi lawan Joko Widodo dalam pemilihan presiden.
Di lain pihak, mereka yang berpartisipasi, termasuk yang secara terang-terangan mendukungnya, telah dianggap sebagai Muslim yang "konservatif" atau "radikal".
"Kalau misalnya di tahun 2018, pernyataan politik 212 seakan-akan mendukung Prabowo, misalnya, saya enggak dukung Prabowo untuk jadi presiden," tegas Angga kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia.
"Tidak semua yang ada di 212 itu adalah orang-orang yang ingin menggulingkan pemerintahan," tambah dia
Tak Semua Muslim radikal
External Link: Facebook Ana Muslim
Angga menampilkan karyanya 'Ana Muslim' atau 'Saya Muslim' sebagai bagian dari festival seni 'Mapping Melbourne', hasil kerjasama Project 11 dan University of Melbourne, yang digelar di kampus University of Melbourne (04/12/2019).
Inti dari penampilannya adalah mencuci bendera yang pernah ia bawa ke acara reuni 212, kaos hitam bertuliskan 'Muslim Dzimmi', celana hitam, dan sepatunya dengan cairan pemutih.
Menurutnya, mengubah warna menjadi putih bisa memiliki banyak arti, salah satunya adalah Muslim tidak harus selalu diartikan "hitam di atas putih".
Angga Wedhaswara, seniman asal Bandung, menampilkan hasil karyanya di Mapping Melbourne 2019, yang awalnya adalah sebuah pernyataan yang diekspresikannya dalam aksi unjuk rasa 212 di Jakarta tahun 2018
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Tampil Cantik di Premiere Wicked Australia, Marion Jola Dapat Wejangan dari Ariana Grande dan Cynthia Erivo
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu