Anak-Anak Iraq Disiksa dan Dipaksa Mengaku Anggota ISIS
jpnn.com - Rabu lalu (6/3), Human Rights Watch merilis dokumen 53 halaman tentang berbagai kisah anak di Iraq. Mereka disiksa aparat lokal karena dianggap berafiliasi dengan ISIS. Jika tidak mengaku, tubuh mereka yang jadi sasaran.
"Anak saya berkata bahwa dia dimasukkan dalam ruangan dan dipukul dengan slang," ujar seorang perempuan yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Nasim juga menjadi korban kepolisian Iraq. Pemuda itu merupakan warga Mosul saat ISIS mulai merangsek pada 2014. Sekolah tempatnya belajar pun dikuasai kelompok itu.
Kurikulum berubah drastis. Nasim yang masih berusia 13 tahun langsung putus sekolah. Dia membantu ayahnya di toko kelontong.
Tak suka dengan pelajaran barunya, pada 2017 Nasim mengadu nasib ke Kota Erbil. Dia merasa tak ada masa depan di sana. Namun, dia malah ditahan otoritas. Kata mereka, nama Nasim ada dalam daftar anggota ISIS.
"Saat menginterogasi, mereka mengancam saya. Kalau tidak mengaku, saya akan dibawa ke markas Hashad (Tentara Iraq, Red) dan dibunuh," ungkapnya.
BACA JUGA: Sel Tidur, Teror Baru Setelah ISIS Dikubur
Nasim terpaksa menerima tato ISIS di dahinya. Dia mengaku sudah 15 hari bergabung ISIS. Petugas bilang tak cukup. Kesaksiannya dicoret dan diganti 30 hari.
Benih masalah yang tertanam pascaperang ISIS bukan hanya soal terorisme. Melainkan juga soal kepercayaan.
- Muhammad al-Julani Jadi Sosok Penting Penggusur Bashar al-Assad, Inilah Profilnya
- Polisi Turki Tahan 72 Orang yang Diduga Anggota ISIS
- Tangkap Residivis Teroris, Densus 88 Temukan Barang Bukti Ini
- Bela Ukraina, Amerika Sebut Kelompok Ini Dalang Pembantaian di Moskow
- Dunia Hari Ini: Dugaan Alasan ISIS Melakukan Aksi Bom Mematikan di Filipina
- Densus 88 Tangkap 27 Terduga Teroris di Jakarta, Jawa Barat, dan Sulteng