Anak-anak Muda di Indonesia Mengalami 'Eco-anxiety' Akibat Kerusakan Lingkungan
'Diving' atau menyelam awalnya adalah sebuah hobi bagi Swietenia Puspa Lestari.
Ia sudah melakukannya lebih dari 10 tahun, tapi seiring waktu ia semakin melihat banyak sampah di dasar lautan, ketimbang ikan-ikan yang berwarna-warni.
"Dari segi jumlah, sampah plastik, kemasan sekali pakai, styrofoam, sedotan paling banyak," ujar Tenia, panggilan akrabnya.
"Tapi secara berat, yang paling banyak adalah sampah tekstil, apalagi material campuran katun dan plastik yang menyerap air."
Dengan menggabungkan hobi, latar belakang ilmu teknik lingkungan, dan kegelisahannya soal pencemaran di laut, ia membuat Yayasan Penyelam Lestari Indonesia atau 'Divers Clean Action 'sekitar enam tahun lalu.
Kini organisasi tersebut telah memiliki lebih dari 1.000 relawan di seluruh penjuru Indonesia.
Sebelum pandemi, Tenia mengatakan mereka bisa menyelam untuk mengambil sampah dari dasar laut setidaknya sebulan sekali.
Mereka juga membersihkan sampah di pesisir, sambil mengajak warga di pesisir laut untuk tidak membuang sampah ke laut.
Banyak anak muda Indonesia yang merasa upaya mereka tidaklah akan cukup untuk membuat perubahan dalam jangka panjang bagi lingkungan
- Dunia Hari Ini: Kecelakaan Bus di India Telan Puluhan Nyawa
- Dunia Hari Ini: Setidaknya 10 ribu orang Tedampak Letusan Gunung Lewotobi Laki-laki
- Pendidikan dan Pengalaman Kerja Migran, Termasuk Asal Indonesia, Belum Tentu Diakui Australia
- Pembangkit Minihidro HGI Berkontribusi untuk Lingkungan dan Tingkatkan Ekonomi Lokal
- Pemilik Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Minta Lebih Diperhatikan
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?