Anak-Anak Muslim Komunitas Punk Berdakwah lewat Punkajian
Dulu Sarang Copet, Kini Rumah Pertobatan
Jumat, 21 Mei 2010 – 08:16 WIB
Malam itu, Kamis pukul 23.30 Wib, Asep bertugas menjemput kelompok punk yang biasa mangkal di perempatan Klender. Pemuda 21 tahun tersebut akan membawa mereka ke markas punk muslim di Jl Swadaya No 3, Pulo Gadung. Setiap malam Jumat, di sana digelar punkajian "istilah pengajian bagi anak-anak punk.
Punk Klender, menurut Asep, termasuk golongan yang masih salah jalan. Mereka tidak mengenal agama. Punk jalanan hidup berkelompok dengan anggota lebih dari sepuluh orang. "Saya dulu juga hidup seperti mereka," papar dia. Dia bisa mengajak punk Klender karena kenal dengan pimpinannya saat berada di penjara anak.
Punk jalanan biasa tidur dimana saja. Antara lain, emperan toko, halte, dan kebun kosong. Demikian juga kencing dan BAB (buang air besar), mereka melakukannya di mana saja. "Yang paling sakral, mereka tidak mau mandi. Bahkan, kalau ada asap knalpot, baju mereka dideketin agar tambah kotor," ujar Asep. "Makin kotor, makin ngepunk," tambah dia.
Tiba di tempat tujuan, rombongan punk Klender disambut rekan-rekan sesama punk yang muslim. Mereka berada di markas tersebut sejak pukul 22.00 Wib.
BERBEKAL ilmu agama pas-pasan, penghuni rumah singgah Sanggar Oedix, Pulo Gadung, berdakwah kepada kelompok punk jalanan. Mereka adalah kelompok
BERITA TERKAIT
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala