Anak Bangsa di Balik Peluncuran Roket Prestisius di Bumi Indonesia

Belajar di Negeri Orang, Khawatir Tak Boleh Pulang

Anak Bangsa di Balik Peluncuran Roket Prestisius di Bumi Indonesia
Anak Bangsa di Balik Peluncuran Roket Prestisius di Bumi Indonesia
Sembari menjelaskan, doktor lulusan Ecole Centrale de Nantes, Prancis, itu menunjukkan buku catatan yang berisi gambar tentang rangkaian roket dan hitung-hitungan daya jangkaunya. Untuk menerbangkan satelit, kata dia, dibutuhkan roket yang mampu menjangkau ketinggian 300 kilometer dari permukaan bumi. Sebab, pada ketinggian itulah satelit bisa mengorbit.

"Yang sedang kami kembangkan adalah roket RX 320 dan RX 420. Gabungan roket itu kami beri nama RPX 420," kata Rika.

Meski belum bisa dilakukan di negeri sendiri, wanita kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, 30 Januari 1967, itu mengakui bahwa pemerintah Indonesia sudah sering meluncurkan satelit. Tahun lalu, misalnya, pemerintah bekerja sama dengan Jerman meluncurkan satelit dengan nama Lapan-Tubsat. Yakni, kerja sama antara Lapan dengan Technische Universitat Berlin (Universitas Teknik Berlin).

Satelit Lapan-Tubsat itu berbentuk kotak berberat 57 kilogram dengan dimensi 45 x 45 x 27 sentimeter. Satelit itu bertugas memantau kabakaran hutan, banjir, dan gunung berapi di wilayah Indonesia.

Para anak bangsa di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) sedang membuat proyek prestisius: roket pengantar satelit (RPS). Sesuai namanya,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News