Anak Jalanan yang Punya IQ Superior, Hidup Nomaden Asal Bisa Sekolah

Kenapa Fatimah menginginkan anaknya masuk sekolah normal? Alasannya karena dia ingin anaknya mengikuti ujian nasional. Dia pun sudah mati-matian mencari duit. Mulai dari jualan plastik hingga pekerjaan berat lain sudah dia tekuni.
Dia menjelaskan, pendapatan dirinya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya pendidikan tak menentu. Jika sejak pagi, pemasukan yang didapat dari berjualan plastik hingga sore hari itu mencapai Rp40 ribu sampai Rp50 ribu.
“Sedangkan, kebutuhan untuk anak saya saja sebesar Rp20 ribu per hari,” lirihnya.
Meski di hari Minggu, Cosmo juga masih aktif latihan pencak silat di tempat yang sama. “Aktivitasnya terus, setiap hari harus bangun subuh, saya sedih karena anak saya cuma anak jalanan, belum punya sekolah indukan, karena saya tidak punya biaya untuk sekolah formal,” ucapnya.
Akhirnya Cosmo saat itu terpaksa tidak bersekolah ke sekolah non formalnya itu, lantaran tak memiliki biaya untuk sekolah. “Enggak sekolah hari ini, saya enggak punya uang, makanya saya ke dewan untuk mencari bantuan biaya anak saya,” keluhnya.
Fatimah sudah terbiasa menjadi ibu sekaligus kepala keluarga sejak suaminya meninggalkan dirinya bersama anak-anak. Dirinya hanya berharap ada keajaiban yang dapat membantu dirinya dari keterpurukan ekonomi ini. Dia pun menunjukkan piagam prestasi sang anak dan hasil tes IQ dari RS Marjuki Mahdi yang menunjukan nilai IQ-nya sebesar 130.(dedesupriadi/adk/jpnn)
MESKI memiliki intelligence quotient (IQ) 130 dan sering mendapat rangking terbaik, Ghantara Cosmo Arribath Jofano (8) belum mendapat perhatian selayaknya
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu