Anak Pergi Kerja, Ibu 'Ditaruh' di Plafon

Anak Pergi Kerja, Ibu 'Ditaruh' di Plafon
Nahas alias Onoh (80). (Foto:gp muchtar)
Hingga hari ketiga kemarin air belum surut. Di Baleendah ketinggiam air masih sekitar tiga meter. Penanganan petugas juga banyak dikeluhkan. Penanganan dinilai kurang bagus. Ada juga pengungsi yang terpaksa pergi dalam kondisi sakit. "Ada satu, setelah sempat bermalam di sini (tempat pengungsian, Red) dia pergi begitu saja," ujar Uyay, 45, salah seorang yang mengungsi di Kampung Jembatan, Kelurahan Andir. "Saya lihat dia pergi dengan tertatih-tatih," sambungnya.

Menurut dia, hal itu terjadi lantaran petugas kesehatan kurang mengontrol tempat-tempat pengungsian. "Sudah dua hari tak ada petugas medis yang mengontrol ke sini," imbuh Uyay.  Padahal, lanjutnya, warga telah menyampaikan keluhan kepada Menko Kesra Agung Laksono saat menyambangi korban banjir di Kampung Cieunteung dua hari lalu. "Setidaknya, satu kali dalam sehari mestinya petugas kesehatan mengontrol para pengungsi," harapnya.

Kepala UPTD Kesehatan Kecamatan Baleendah Rufaida menuturkan, pihaknya sudah berupaya menjemput bola dengan berkeliling memberikan pelayanan medis. Dalam sehari, kata dia, setidaknya pihaknya mengunjungi lima hingga enam titik. Dia mengklaim, hingga kemarin telah melayani 5.412 warga korban banjir di Kecamatan Baleendah yang mengidap berbagai penyakit. Penyakit ISPA yang paling banyak diderita korban. "Lainnya rata-rata menderita diare, gatal, sakit kepala, dan maag," ujar Rufaida. (jpnn/nw)

DUA manusia renta bertahan hidup dari kepungan banjir di Baleendah, Bandung. Dua hari mereka bertahan di plafon dan atap rumah, sementara para tetangga


Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News