Anak Presiden Ikut Pemilihan Wali Kota Picu Polemik Soal Dinasti di Indonesia
Dia percaya pencalonan Bagyo tak lebih dari "upaya menghindari skenario itu". Bagyo membantahnya.
Baik tim kampanye Gibran maupun pihak kepresidenan tidak menanggapi permintaan komentar atas tuduhan tersebut.
Mengumpulkan angka dukungan
Menggambarkan dirinya sebagai kandidat anti-kemapanan, Bagyo didukung oleh organisasi sosial yang kurang terkenal bernama Tikus Pithi Hanata Baris.
"Saya mencalonkan diri karena kemampuan saya untuk mematahkan kemapanan, [untuk menunjukkan] siapapun dapat memilih dan dipilih," kata Bagyo kepada Reuters.
Namun, bahkan untuk seorang calon yang independen, pencalonan Bagyo dianggap beberapa pengamat aneh karena ia tidak memiliki modal sosial atau politik yang kuat dengan organisasi massa atau jaringan politik mana pun.
Calon di Solo ini sepertinya datang entah dari mana, kata Wawan Mas'udi, ilmuwan politik dari Universitas Gadjah Mada.
Untuk memenuhi syarat sebagai calon independen, Bagyo diharuskan mengumpulkan hampir 36.000 tanda tangan.
Juru bicara tim kampanye Bagyo, Budi Yuwono, mengatakan timnya pertama kali mengumpulkan KTP dari pintu ke pintu pada awal 2019. Awalnya tim menghindari media sosial, katanya, karena khawatir partai politik akan menghalangi kampanyenya.
Maju dalam kontestasi Pilkada melawan saingan yang tidak jelas, anak dari Presiden Indonesia Joko Widodo diprediksi meraih kemenangan sebagai wali kota Solo bulan depan
- Pilgub Kalteng: Agustiar-Edy Merajai Survei Elektabilitas
- Tim Relawan Dozer Sebut Sulsel Butuh Pemimpin Berpengalaman
- Hari Terakhir Kampanye, Khofifah Tegaskan Jatim Gerbang Baru Nusantara untuk Rakyat
- Survei Terbaru, Nurhidayah-Imam Kafali Unggul di Pilbup Lombok Barat
- Ridwan Kamil-Suswono Keok dari Pramono-Doel di Survei Alvara Research
- Haris Azhar Nilai Kejati Banten Lakukan Politisasi Hukum di Pilkada Banten