Analisa Otak Bisa Segera Digunakan Sebagai Bukti Pengadilan
"Dr Lawrence Farwell, yang mengembangkan ini, klaimnya tentang akurasi adalah bahwa ia tak pernah menyalahkannya," kata Profesor Jones.
"Dari 200 orang yang ia amati dan sekitar 16 studi, tak pernah disalahkan."
Profesor Jones mengatakan, masih belum jelas apakah mungkin untuk mengalahkan tes tersebut dengan menipu otak agar melupakan atau menemukan memori.
"Ada kemungkinan untuk menyuntikkan ingatan palsu, dan kami tak tahu sejauh mana paradigma pencetakan otak cukup kuat dibandingkan dengan hal itu," ujarnya.
Teknik masih harus dikembangkan
Namun Profesor Jones mengatakan bahwa teknik itu masih harus dikembangkan lebih jauh, dan bahwa ia berharap, penelitian timnya di Selandia Baru akan mengilhami peneliti lain untuk mengamati metode ini.
"Masih banyak yang harus dilakukan di ruang ini," sebutnya.
Robin Palmer, yang memelopori uji coba gelombang otak dan bekerja sebagai direktur studi klinis di sekolah hukum Universitas Canterbury, mengatakan, teknologinya memiliki banyak potensi.
Tapi ia mengakui, teknik ini baru bisa digunakan beberapa waktu mendatang sebelum analisis gelombang otak forensik diakui sebagai bukti di pengadilan Australia atau Selandia Baru.
Teknologi yang bisa membaca pikiran manusia terdengar seperti fiksi ilmiah, namun para peneliti di Selandia Baru mengatakan, teknik yang tengah mereka uji coba cukup mendekati impian itu.
- Usia Penonton Konten Pornografi di Australia Semakin Muda
- Dunia Hari Ini: Israel Menyetujui Gencatan Senjata Dengan Hizbullah
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan