Analisis Menarik, Cara Membedakan Calon Independen atau Boneka di Pilkada
jpnn.com, JAKARTA - Analis politik Hendri Satrio mengemukakan analisis menarik mengenai calon independen dalam pemilihan kepala daerah atau Pilkada.
Hendri mengatakan bahwa calon independen itu bukan hanya diartikan sebagai kandidat yang maju Pilkada tanpa melalui partai politik saja, tetapi dia juga musti terbebas dari sponsor alias bohir dan rente.
"Calon independen mesti benar-benar diusung rakyat, gotong royong bersama rakyat," ucap @satriohendri lewat akunnya di Twitter pada Selasa malam (8/9).
Nah, bagaimana caranya menilai calon independen, boneka atau benar-benar berjuang bersama rakyat?
"Gampang. Cek aja. Mereka sosialisasi enggak? Turun ke rakyat enggak? Kalau tidak pernah muncul di tengah rakyat ya, sangat mungkin dia boneka, atau malah badut buat lucu-lucuan doang," ujar pengamat yang beken disapa dengan panggilan Hensat ini.
Menurut pendiri KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) ini, setidaknya ada tiga alasan munculnya calon independen di setiap Pilkada.
Pertama, itu bentuk protes terhadap parpol. Kedua, parpol gagal menangkap aspirasi rakyat. "Ada pemimpin yang disuka rakyat tapi enggak kelihatan (tak diusung-red). Ketiga, parpol minta dana rekom ketinggian seperti yang dituturkan Bupati Jember," lanjut Hensat.
Bicara kemungkinan menang, katanya, sudah banyak contoh calon independen memenangkan Pilkada, bahkan ada yang menang melawan petahana.
Masyarakat bisa dengan mudah membedakan apakah calon independen itu boneka atau tidak. Cek penjelasannya.
- 3 Paslon Adu Gagasan di Debat Ketiga Pilgub Sumsel
- Pilkada Morowali, Taslim dan Asgar Ali Yakin Menang di Atas 40 Persen Suara
- Janji Kaesang kepada Rakyat Papua Barat Daya: ARUS Jaga Amanah dan Tidak Korupsi
- Jika Terpilih, Ridwan Kamil Berjanji Membereskan Masalah Kampung Bayam
- Survei WRC: Dendi-Alif Kalahkan 2 Rivalnya di Pilbub Kukar
- Eks Napiter Qomar Kuntadi Harap Pilkada 2024 Aman dan Damai