Analisis Mochamad Husen Kasus Pembunuhan dan Pemerkosaan Gadis Badui
jpnn.com, LEBAK - Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Latansa Mashiro Rangkasbitung Kabupaten Lebak Mochamad Husen menyampaikan pendapat terkait kasus pembunuhan dan pemerkosaan gadis Badui
Dia menduga, para pelaku terpengaruh pornografi yang begitu mudah diakses melalui internet maupun telepon seluler, sehingga melakukan perbuatan keji tersebut.
"Kami yakin ketiga pelaku itu sering mengakses pornografi, namun lemah pengawasan keluarga," kata Husen saat dihubungi di Lebak, Banten, Minggu (8/9).
Menurut dia, perilaku seks pelaku tersebut begitu besar terinspirasi pornografi, karena gadis Badui itu sudah meninggal dunia, namun mereka melakukan pemerkosaan secara bergiliran. "Kejadian tersebut tentu sangat biadab," katanya.
Ketiga pelaku itu masih usia remaja, bahkan satu pelaku di antaranya masih anak-anak dan pelajar kelas 2 di SMA Kecamatan Leuwidamar.
BACA JUGA: Dua Pelaku Penusukan terhadap Santri Berani Melawan Polisi
Ia mengatakan pornografi dapat menghancurkan moral karena dapat mempengaruhi orang untuk melakukan tindakan pidana asusila.
Apalagi, pengawasan dari masyarakat, orang tua, dan pemilik internet relatif lemah sehingga berpeluang anak melakukan perbuatan asusila.
Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Latansa Mashiro Rangkasbitung Kabupaten Lebak Mochamad Husen bicara soal kasus pembunuhan dan pemerkosaan gadis Badui
- Dunia Hari Ini: 51 Pria Dijatuhkan Hukuman Atas Kasus Pemerkosaan Prancis
- Motif Pembunuhan Siswi SMP di Serdang Bedagai Terungkap, Korban Juga Diperkosa
- Pria di NTB Perkosa Teman Anaknya yang Main ke Rumah, Begini Kejadiannya
- Pria Disabilitas Jadi Tersangka Pemerkosaan Mahasiswi, Sahroni: Tangani Secara Objektif
- Pria Disabilitas di NTB Tersangka Pemerkosaan, 13 Korban, Ada Videonya
- Korban Pemerkosaan Tersangka Disabilitas Bukan Tiga Orang, tetapi 13