Analisis Para Ekonom Terkait Dampak Pemindahan Ibu Kota Negara
jpnn.com, JAKARTA - The Indonesia Democracy Initiative (TIDI) menggelar diskusi daring pada Senin (16/8) kemarin, membahas rencana pemindahan ibu kota negara yang dilihat dari aspek ekonomi dari Jakarta ke Kalimantan Timur.
Sejumlah ekonom hadir dalam diskusi kali ini seperti Fithra Faisal Hastiadi dan Handi Risza Idris.
Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi menyebutkan dampak ekonomi pemindahan ibu kota dari sisi cost-benefit analysis tidak terlalu signifikan.
“Saya hitung dampak ekonomi dalam konteks ini dampaknya terhadap GDP itu angkanya di antara 0,05 persen sampai 0,1 persen ekonomi tumbuh, tetapi tidak terlalu besar," kata Faisal saat diskusi.
Dia menuturkan biaya pemindahan ibu kota negara sekitar Rp 480 triliun.
Dana itu seharusnya digunakan pemulihan ekonomi, menambah bantuan sosial, dan subsidi industri semasa pandemi.
“Pemindahan ibu kota memerlukan planning konseptual berdasarkan kontemplasi empiris. Sebab, menggunakan uang masyarakat harus efisien. Kalau tidak, incremental capital-output ratio Indonesia akan berasa di level terburuk di ASEAN," tutur dia.
Ekonom Universitas Paramadina Handi Risza Idris mempertanyakan rencana pemindahan ibu kota negara.
The Indonesia Democracy Initiative (TIDI) menggelar diskusi daring pada Senin (16/8) kemarin, membahas rencana pemindahan ibu kota negara yang dilihat dari aspek ekonomi dari Jakarta ke Kalimantan Timur.
- Polemik Pemindahan Balai Kota, Ridwan Kamil: Mas Pram Membingungkan Masyarakat
- Menhum Sebut Jakarta Masih Tetap Ibu Kota Negara, Pindah ke IKN Kapan?
- Bank Mandiri Berikan Apresiasi 76 Anggota Paskibraka Tingkat Pusat
- Wapres Ma'ruf Amin: IKN akan Menjadi Salah Satu Ibu Kota Terbaik di Dunia
- Hujan IKN
- Ibu Kota Negara Pindah, Gus Addin: Kita Lipatgandakan Kekuatan Banser di Kalimantan