Analisis Reza Indragiri soal Debat Capres; Ewuh-pakewuh Menipis, Frontal

Analisis Reza Indragiri soal Debat Capres; Ewuh-pakewuh Menipis, Frontal
Capres RI Anies Baswedan bersama Capres 02 Prabowo Subianto dan Capres 03 Ganjar Pranowo dalam debat kandidat di Pilpres 2024, Minggu (7/1/2024). Foto: Ricardo/JPNN.com

Waakin, dia menggarisbawahi bahwa negative campaign berbeda dengan black campaign.

Ketika Prabowo menyebut data Anies salah semua, katanya, Prabowo ingin mengunci persepsi publik bahwa Capres 01 memainkan black campaign.

Hal itu menurutnya berasosiasi dengan hasutan, kebohongan, fitnah, dan serba-serbi callousness lainnya.

Namun, karena sebatas menyanggah, tanpa menyajikan data tandingan, maka penilaian Prabowo itu menjadi tak beralasan.

"Apalagi, ketika di-googling, angka-angka dan ilustrasi "ordal" yang ABW lontarkan ternyata dengan mudahnya terkonfirmasi," lanjut Reza.

Dia juga menerangkan bahwa negative campaign alias kampanye yang berfokus pada sisi buruk lawan (namun berbasis data, bukan hoaks) yang Anies demonstrasikan, sangat berkelas.

"Dengan strategi itu, di debat sesi tiga, ABW kian berhasil menunjukkan distinct position-nya bahwa dia oposan, dia perubahan," ujar pakar psikologi forensik penyandang gelar MCrim dari University of Melbourne Australia.

Di sisi lain, Reza melihat Ganjar memang berdiri di tengah-tengah, tetapi siapa pun menurutnya bisa meramal bahwa andaikan Ganjar  tak lolos ke putaran kedua Pilpres, ke mana gerangan biduk akan dikayuhnya.

Reza Indragiri Amriel menyampaikan analisis politiknya tentang debat capres antara Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo. Ada kata frontal.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News