Ancaman Bahaya Tidak Hanya Gunung Merapi, Tetapi Juga Covid-19
Terkait dengan bahaya Covid-19, Lilik berharap tidak ada klaster baru.
Dia menyampaikan bahwa tempat pengungsian telah disekat dan menerapkan protokol kesehatan, seperti rapid test saat warga mulai masuk.
“BNPB akan mendukung swab antigen relawan-relawan yang akan bekerja melayani warga yang dievakuasi apabila terjadi letusan nanti,” jelas Lilik.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menyampaikan bahwa tingginya aktivitas vulkanik Gunung Merapi tidak ada kenaikan yang signifikan.
“Kondisinya stabil tetapi tinggi,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa guguran lava yang sudah agak jauh. Beberapa kali terjadi guguran di sisi barat dan barat laut. Guguran sempat terpantai dengan jangkauan beragam, 1 km, 2 km dan 3 km.
“Ada desakan magma dari dalam sehingga terjadinya material di puncak tidak stabil. Saat ini lava yang gugur adalah material lama, sisa erupsi yang lama. Lava yang baru belum muncul,” tambah Hanik.
Perkembangan data per 14 November 2020, pukul 15.00 WIB, warga kelompok rentan yang telah dievakuasi berjumlah 1.558 jiwa.
Pemerintah daerah telah melakukan kesiapsiagaan, khususnya di empat kabupaten, yaitu Sleman, Boyolali, Klaten dan Magelang.
- KAI Properti-Kereta Api Pariwisata Resmikan Rail Transit Hotel Jogja Sambut Liburan Akhir Tahun
- Bencana Longsor di Temanggung Tewaskan Satu Warga
- Banjir di Bangli Menewaskan Seorang Bocah Tewas
- Jubir Kementrans: Calon Transmigran Gunungkidul Sudah Diberangkatkan ke Sumbar
- Melintasi Tempat Sakral, Rute Proyek Tol Solo-Jogja Akan Diubah
- 2 Korban Banjir dan Longsor di Sukabumi Belum Juga Ditemukan