Andrian
Oleh Dahlan Iskan
jpnn.com - Saya sudah terlanjur meninggalkan Tainan. Sudah di dalam kereta. Menuju kota Kaohsiung. Kota paling selatan di Taiwan.
Tapi Adrian sempat menjawab WA saya. Ia belum libur. Meski temannya sudah pada siap-siap merayakan tahun baru Imlek.
Saya bangga dengan anak Pak Lahuri ini. Pensiunan guru SD di Lumajang ini. Tepatnya di Sukodono. Sebuah desa di selatan Lumajang, Jatim.
Nama lengkap anak ini: Andrian Muzakki Firmansyah. Sebenarnya Andrian sudah lulus kuliah. Tahun lalu. Dari Tainan Shoufu University. Ia sarjana desain komputer.
Tetapi Andrian belum mau pulang. Ingin mencari penghasilan dulu. Untuk bekal hidupnya di masa depan.
Juga karena tidak tahu: kalau pulang akan kerja apa. Di mana. “Ilmu saya ini sepertinya belum banyak diterapkan di Indonesia,” katanya.
Di kota Tainan, Andrian bekerja di perusahaan software. Membuat desain program.
Saya sebenarnya ingin ketemu bosnya. Tetapi saya hanya satu malam di Tainan. Hanya sempat makan mi yang warungnya berumur 100 tahun itu. Yang dapurnya pernah tidak mati api selama 30 tahun terus-menerus itu.