Anggap Biaya Pemilu Terlalu Tinggi, Suhu Intel Tak Mau Berdiam Diri
jpnn.com, JAKARTA - Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Abdullah Mahmud Hendropriyono menemui Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (12/7). Tujuan kedatangan guru besar ilmu intelijen itu untuk menyuarakan pendapatnya tentang pemilu dan efeknya.
"Saya sebagai rakyat biasa tetapi tidak bisa diam saja. Kalau semuanya diam saja, kan namanya tidak ada partisipasi rakyat," kata Hendro kepada wartawan.
Mantan ketua umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu mengaku mendiskusikan persoalan pemilu bersama Bamsoet. Hal yang dibahas antara lain biaya pemilu yang mahal hingga situasi nasional.
BACA JUGA: Mantan KaBIN Ingatkan WNI Keturunan Tak Umbar Provokasi Berpotensi Kudeta
Hendro menjelaskan, pada 2004 uang negara yang dihabiskan untuk pemilu mencapai Rp 3 triliun. Pada 2009, menjadi Rp 8 triliun.
Selanjutnya biaya untuk pemilu pada 2014 naik menjadi Rp 15 triliun. Terakhir, biaya Pemilu 2019 mencapai Rp 25 triliun.
"Ini gila. Kalau terus-terusan begini, diam sebagai rakyat, kasihan rakyat yang tidak mengerti," ungkapnya.
Karena itu Hendro merasa prihatin dengan kondisi tersebut. Purnawirawan TNI berpangkat jenderal itu mengatakan, jika kondisi itu terus berlanjut maka Indonesia bisa bangkrut.
Mantan Kepala BIN AM Hendropriyono menilai biaya pemilu di Indonesia sangat mahal.
- Anggota Baleg dari NasDem Usul Pemilu Digelar 10 Tahun Sekali
- Hasil Survei Edelman: 73 Persen Masyarakat Indonesia Lebih Suka Beli Produk Lokal
- Bamsoet Dorong Industri Penjualan Langsung untuk Mengatasi Pengangguran di Indonesia
- Bamsoet Dorong Industri Penjualan Langsung untuk Mengatasi Pengangguran di Indonesia
- Bamsoet: Prabowo Menyambut Baik Keputusan MPR Terkait Bung Karno, Soeharto, dan Gus Dur
- Bamsoet Dorong Peningkatan Kerja Sama Indonesia-Arab Saudi