Anggap Indonesia Berpengalaman Kelola Keragaman Bahasa
Selasa, 04 September 2012 – 22:00 WIB

Anggap Indonesia Berpengalaman Kelola Keragaman Bahasa
JAKARTA - Forum pertemuan negara-negara Asia dan Eropa yang tergabung dalam Asia-Europe Meeting (ASEM) hari ini mulai digelar di Jakarta. Penunjukkan Indonesia sebagai penyelenggara Forum Keberagaman Bahasa (Language Diversity Forum) ini disebabkan karena 10 persen dari jumlah bahasa di dunia yang mencapai 7000 bahasa berada di Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh menyampaikan, Indonesia yang memiliki kekayaan bahasa yang sebanyak itu artinya memiliki pengalaman yang memadai dalam mengelola kebahasaan. “Bisa juga diartikan bahwa Indonesia cukup banyak memiliki pakar bahasa yang memang kompeten dalam bidangnya,” ungkap Nuh dalam sambutan pembukkan Forum Keberagaman Bahasa ASEM di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (4/9).
Nuh menyebutkan, dari hasil penelitia yang sudah dilakukan diketahui bahwa Indonesia memiliki kurang lebih 743 bahasa. Dari jumlah tersebut, 442 bahasa sudah dipetakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Antara lain, 26 bahasa di Sumatera, 10 bahasa di Jawa dan Bali, 55 bahasa di Kalimantan, 58 bahasa di Sulawesi, 11 bahasa di NTB, 49 bahasa di NTT, 51 bahasa di Maluku dan 207 bahasa di Papua.
“Tapi tida menutup kemungkinan jumlah bahasa itu akan terus betambah karena hingga kini penelitian terus dilakukan dan belum selesai,” jelas Nuh.
JAKARTA - Forum pertemuan negara-negara Asia dan Eropa yang tergabung dalam Asia-Europe Meeting (ASEM) hari ini mulai digelar di Jakarta. Penunjukkan
BERITA TERKAIT
- Bank DKI Ajak Publik Tunggu Hasil Forensik Digital Bareskrim Polri
- 3 Hakim Kasus Suap Pembebasan Ronald Tannur Dituntut Penjara Sebegini
- Korban Dokter Kandungan Cabul di Garut Bertambah, Polisi Lakukan Pendalaman
- Petugas CAT Tes PPPK Tahap 2 Jangan Coba 'Main Mata' dengan Honorer
- PT SMI - eMudhra Berkolaborasi Hadirkan Identitas Digital dan Keamanan Siber Terlengkap di Indonesia
- Desa Mukti Sari Memanfaatkan Limbah Ternak untuk Kemandirian Energi