Anggap Mayat sebagai Teman, Pernah Dengar Suara Lonceng...Horor
“Iya, itu mungkin cara dia memanusiakan jenazah,” celetuk Kasubag Humas RSUD Kota Mataram, Lalu Hardimun yang lantas diiringi tawa.
Tugas Kadek dan dua rekannya yang lain, Nurhayati dan Heni Rahmayanti memang tidak mudah. Sebelum memasukkan jenazah ke dalam Refrigerator alias mesin pendingin, ada treatment yang wajib dilakukan. Memandikan dengan menggunakan air cendana, kapur barus, dan sabun.
Formalin mayat hanya dilakukan jika ada permintaan dari keluarga jenazah. Terutama jika akan dikirim ke luar daerah.
“Misal kayak kemarin, ada yang dikirim ke Sumbawa, Bali dan Solo, baru diformalin biar tidak bau,” tuturnya.
Meski sempat tak nyaman, kini sudah tidak ada soal lagi bagi Kadek, memandikan jenazah apakah ia perempuan atau laki-laki.
“Tidak semua jenazah saya mandikan, karena saya Hindu, khusus untuk yang Muslim maka dua rekan saya (Nurhayati dan Heni Rahmayanti) yang memandikannya,” ulasnya.
Awalnya, Kadek tidak pernah membayangkan bekerja di Kamar Mayat. Ia memang sempat bercita-cita jadi ahli kesehatan. Uniknya lagi, ketika melamar kerja di RSUD Kota Mataram, ijazah yang digunakan pun lulusan Tata Boga dari SMK Pariwisata.
“Terbiasa lihat daging, jadi sudah tidak takut-takut lagi sama manusia yang juga tubuhnya dari daging,” selorohnya.
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara