Anggap Pamor Demokrat Meredup, Salim Said: Kenapa Moeldoko Terlibat di Situ?
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Prof Salim Said menilai kepengurusan Partai Demokrat (PD) hasil kongres luar biasa atau KLB di Deli Serdang, Sumatera Utara, bisa saja memperoleh pengakuan dari pemerintah.
Namun, ada risiko yang bakal ditanggung Presiden Joko Widodo (Jokowi) jika Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) mengakui kepengurusan PD kubu Moeldoko itu.
Menurut Salim, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly yang punya kewenangan mengesahkan kepengurusan parpol merupakan pembantu Presiden Jokowi.
Oleh karena itu jika Yasonna mengesahkan PD kubu Moeldoko, Jokowi bakal dianggap sebagai pihak di belakang kisruh partai berlambang segitiga merah putih tersebut.
"Itu (pengesahan kepengurusan PD kubu Moeldoko, red) bisa saja terjadi. Apa sih, yang enggak bisa direkayasa di Indonesia ini?" kata Salim dalam wawancara di kanal Karni Ilyas Club di YouTube belum lama ini.
Mahaguru di Universitas Pertahanan itu juga heran dengan upaya Moeldoko mengambil alih kepemimpinan di PD dari Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY. Sebab, pamor partai pemenang Pemilu 2009 itu makin redup.
Pada Pemilu Legislatif 2019, PD hanya memperoleh sekitar 7 persen dari total suara. Partai yang berulang tahun setiap 9 September itu juga tak masuk dalam lima besar parpol peraih suara terbanyak di Pemilu Legislatif 2019.
"Nah, kalau begitu kenapa Moeldoko terlibat di situ?" ujar Salim.
Prof Salim Said menilai kepengurusan Partai Demokrat hasil KLB di Deli Serdang, Sumatera Utara, bisa saja memperoleh pengakuan dari pemerintah.
- Deddy PDIP Yakin Pemberedelan Pemeran Lukisan Yos Suprapto Bukan Perintah Prabowo, Lalu Siapa?
- Pemberedelan Lukisan Yos Suprapto, Bonnie PDIP Singgung Prabowo, Tidak Mungkin
- Versi Legislator PDIP, PPN 12 Persen Masih Bisa Diubah Pemerintahan Prabowo
- Jawab Tudingan, Dolfie PDIP Bilang Aturan PPN 12% Diinisiasi Pemerintahan era Jokowi
- Perdana di Era Prabowo, Pameran Lukisan Tunggal Seniman Kawakan Ini Diberedel
- Deddy Tidak Membantah Upaya Jokowi Mau Mengobok-Obok PDIP Mengganti Hasto