Anggaran Panwas Pilkada Dipolitisasi
Evaluasi Pilkada 2010
Selasa, 21 Desember 2010 – 08:47 WIB
Saking minimnya, anggaran untuk Panwaslu Konawe Selatan tidak cukup untuk memberikan honor anggota dan pengawas lapangan. ”Akibatnya, MK mengulang pilkada di Konawe,” kata Tio.
Baca Juga:
Praktik lain yang merupakan politisasi anggaran adalah pola pencairan yang molor. Wahidah Suaib menyatakan, di daerah yang memiliki PAD (Pendapatan Asli Daerah) tinggi, kerap dilakukan pencairan anggaran pada H-1 pemungutan suara.
Di Halmahera Barat misalkan, kebutuhan anggaran Rp 3 miliar milik Panwas baru dicairkan sekitar separuhnya pada hari tenang. ”Di Halbar (Halmahera Barat) daerah geografis sangat sulit. Bagaimana melakukan pengawasan maksimal dengan anggaran terbatas,” sebut Wahidah.
Bambang Eka Cahya Widodo menilai sudah saatnya posisi anggaran untuk panwaslu pilkada diserahkan kepada APBN. Ini karena, pasca putusan MK, proses seleksi dan kepatutan calon anggota panwaslu juga sepenuhnya menjadi kewenangan Bawaslu. Anggaran panwaslu dari APBN juga menghilangkan ketergantungan penyelenggara dari incumbent sebagai peserta pemilu. ”Ini supaya siklus ketergantungannya putus,” kata Bambang. (bay)
JAKARTA – Pengawasan pemilihan kepala daerah (pilkada) yang dilakukan panitia pengawas pemilu (panwaslu) acapkali tidak maksimal. Badan Pengawas
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Pramono-Rano Menang 1 Putaran, Angka Real Count Mencapai 50,7 Persen
- KPU DKI Jakarta Telusuri Surat Suara yang Tercoblos Paslon Nomor 3
- Djarot Sebut Kecurangan Terjadi di Sumut, Melibatkan Parcok Memenangkan Menantu Jokowi
- Pilgub Jakarta 1 atau 2 Putaran? Begini Penjelasan KPU DKI
- Begini Hasil Sementara Penghitungan Suara KPU di Banten, Siapa yang Unggul
- Hasto: Sosok Penentang Intervensi Jokowi Kini Terpilih di Pilkada Gunungkidul