Anggito Pamitan Tanpa Tangisan
Selasa, 25 Mei 2010 – 07:04 WIB

Anggito Abimanyu.
JAKARTA - Aula Gedung R.M. Notohadiprodjo, kantor Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementrian Keuangan, pada Senin (24/5) sore riuh rendah. Wajah Anggito tampak sumringah. Beberapa kali, pria yang jago meniup flute itu terlihat tergelak. Mengenakan baju batik, Anggito kembali membeber alasan pengunduran dirinya dari BKF. Menurutnya, dirinya sama sekali tidak membenci maupun dendam meski merasa telah dipermalukan. "Karena itu, saya tidak pernah melakukan press conference, saya juga tidak membuat buku putih. Apa yang saya lakukan adalah proses pembelajaran yang sangat penting. Bahwa pemimpin itu hanya sementara. Adapun harga diri dan suara hati, itu abadi," ucapnya.
Ratusan pegawai BKF memang menggelar acara perpisahan. Berbagai seni dipentaskan, mulai dari menyanyi, monolog, membaca puisi, main biola, hingga pementasan film pendek. Acara populer di salah satu TV swasta, "Opera Van Java", diparodikan dengan sangat lucu menjadi "Opera Van AA". AA adalah inisial Anggito Abimanyu.
Baca Juga:
Namun suasana riuh itu sontak menjadi hening, saat Anggito memberikan pesan perpisahan. "Air mata saya sudah habis," ujarnya lirih. "Biarlah saya menjadi orang terakhir yang mengalami kejadian seperti ini, dipermalukan. Tidak ada orang yang boleh sewenang-wenang, siapapun itu, termasuk para pemimpin. Jangan suka mempermalukan orang," katanya dengan nada suaranya meninggi.
Baca Juga:
JAKARTA - Aula Gedung R.M. Notohadiprodjo, kantor Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementrian Keuangan, pada Senin (24/5) sore riuh rendah. Wajah Anggito
BERITA TERKAIT
- BSI Menyalurkan Bantuan Untuk Pembangunan Pesantren dan Santunan Yatim
- Tunjangan Profesi Guru dan Pengawas PAI Dirapel, Bukan Hanya PNS & PPPK
- Guru PPPK Bulan Ini Mengantongi Rp20 Juta ya? Oh, Nikmatnya
- Mudik 2025, Tol Semarang ABC Siap Terapkan One Way Lokal Kalikangkung-Bawen
- Ambiguitas Komitmen Iklim Para Pendana Infrastruktur Gas di Indonesia
- Sido Muncul Berikan Bantuan Rp 425 Juta untuk Anak Terduga Stunting di Jonggol