Anggota Pansus Pelindo Curiga Ada Rekayasa agar JICT Punya Banyak Utang
Dari kontrak pengelolaan JICT yang berlaku hingga 2039 itu, lanjut Sukur, Pelindo II hanya mendapat USD 215 juta. Sedangkan HPH untung berlipat-lipat. “Dan itu yang dibanggakan oleh Lino," kata Sukur.
Karenanya Sukur juga menduga ada rekayasa atau financial engineering melalui kenaikan biaya operasional. Selama ini komponen operasional JICT hanya di kisaran 55-63 persen.
Namun, berdasaran hitungan Deutsche Bank yang digandeng HPH untuk melakukan valuasi, komponen biaya operasional dinaikkan menjadi 78 persen. “Kenapa dinaikkan? Agar untung perusahaan menjadi rendah. Tujuan akhirnya agar nilai saham rendah, sehingga HPH membeli JICT dengan harga murah. Itu financial engineering," tudingnya.
Dengan saham yang makin rendah, kata Sukur, maka nanti JICT akan dibuat seolah-olah memiliki utang. "Padahal JICT kalau dilihat historinya sejak 1999 sampai 2014 tak punya utang. Capital expenditure (belanja modal) saja selalu dari uang sendiri, tak pernah ngutang,” tutur ketua DPP PDIP bidang pemuda dan olahraga itu.
Sukur menegaskan, jika hitungan yang dipakai versi Deutsche Bank maka potensi kerugian negara hingga Rp 20 triliun. “Kalau pakai versi data histori pendapatan asli JICT sesuai audit keuangan, kerugian kita bisa RP 30 Triliun," sebutnya Sukur.(ara/JPNN)
JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR yang membidangi BUMN, Sukur Nababan mengatakan, dugaan adanya patgulipat di balik keputusan Pelindo II memperpanjang
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Mardiono Jadikan Harlah ke-52 PPP Sebagai Momentum Bertransformasi Lebih Baik
- MK Hapus Presidential Treshold, Ketua DPD Hanura Sultra: Konstitusi Kembali ke Tangan Rakyat
- Ambang Batas PT Dihapus, Pengamat Menyoroti Beban Anggaran & Kerja Penyelenggara Pemilu
- Merespons Putusan MK Tentang PT Nol Persen, Sultan Wacanakan Capres Independen
- Pemerintah Perlu Berhati-hati soal Penghapusan Utang UMKM
- Penghapusan Ambang Batas Pencalonan Presiden Jadi Angin Segar Bagi Rakyat