Angka Kompetensi Guru Rendah, Salah Satu Penyebab Skor PISA Konsisten Jeblok

jpnn.com, JAKARTA - Peningkatan anggaran pendidikan di dalam APBN sebesar 20 persen kurang berefek pada kualitas siswa.
Direktur Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud, Purwadi mengakui kualitas siswa Indonesia masih rendah.
Dilihat dari skor PISA atau Programme for International Student Assessment sejak 2015 sampai 2020 yang menunjukkan tanda-tanda kurang menggembirakan.
"Indonesia konsisten sebagai negara dengan hasil PISA terendah," ungkap Purwadi dalam media gathering Zenius dan Forum Wartawan Pendidikan Kebudayaan (Fortadikbud) dengan tema Cerdas, Cerah, Asyik: Pola Pikir untuk Masa Depan yang Kompetitif, baru-baru ini.
Dia menyebutkan, skor PISA 2018 menunjukkan, 70 persen siswa berada di bawah kompetensi minimal, dilihat dari kemampuan literasi yang rendah.
Begitu juga dengan Matematika, sangat rendah, di mana 71 persen siswa berada di bawah kompetensi minimum. Sains, sebanyak 60 persen siswa di bawah kompetensi.
Salah satu faktor penyebab rendahnya kualitas siswa ini menurut Purwadi adalah kondisi guru. Angka kompetensi guru masih rendah.
"Kondisi guru sangat memengaruhi hasil proses pembelajaran yang akan dites dengan standar PISA maupun standar nasional kita," ujarnya.
Kemendikbud mengakui kualitas siswa (PISA) Indonesia masih rendah, salah satu penyebabnya karena kompetensi guru rendah.
- Wakil Ketua MPR Dorong Kolaborasi untuk Tingkatkan Kualitas Pendidikan Terus Diperkuat
- Ruang Pintar PNM Perluas Akses Pemberdayaan Ibu dan Anak
- Ratusan Guru PPG Gagal Mengikuti Seleksi PPPK, Pj Wali Kota Pariaman Beri Penjelasan Begini
- Waketum PKB Sebut Tagar #KaburAjaDulu Harus Direspons dengan Bijaksana
- Mendiktisaintek Satryo Bakal Di-Reshuffle, Akibat Demo Indonesia Gelap ?
- Pegiat Pendidikan: Perempuan Pekerja Ekonomi Kreatif Harus Berdaya Saing Tinggi