Angka Pengangguran Capai 7,2 Juta, Paling Banyak SMK

Angka Pengangguran Capai 7,2 Juta, Paling Banyak SMK
Ilustrasi Siswa SMK. Foto: Dokumentasi Pelindo

Selain itu, minimnya pengalaman kerja yang relevan juga menjadi kendala, karena praktik kerja lapangan di SMK sering kali hanya bersifat formalitas dan kurang memberikan pelatihan keterampilan mendalam.

Akibatnya, lulusan SMK kalah bersaing dengan tenaga kerja berpengalaman atau lulusan pendidikan tinggi, sehingga mereka tetap berada dalam kelompok pengangguran yang tinggi.

Nur Hidayat menjelaskan keterbatasan akses ke pendidikan tinggi mempersempit kesempatan lulusan SMK untuk mengembangkan keterampilan yang lebih spesifik dan sesuai dengan kebutuhan industri.

"Pendidikan vokasi di tingkat menengah seharusnya menjadi awal dari pembelajaran berkelanjutan, tetapi banyak lulusan SMK yang tidak memiliki kesempatan atau dana untuk melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi, memperburuk situasi mereka di pasar kerja," jelas Nur Hidayat.

Nur Hidayat melanjutkan kondisi ini menciptakan lingkaran setan, di mana lulusan SMK tetap berada di lapisan bawah pasar kerja tanpa keterampilan yang berkembang seiring kemajuan teknologi.

Dia menilai untuk mengatasi masalah itu diperlukan perbaikan dalam kurikulum yang lebih relevan dan peningkatan kolaborasi dengan industri agar lulusan SMK dapat memperoleh pengalaman praktis yang nyata dan keterampilan yang dibutuhkan.

Dengan pendekatan yang komprehensif ini, diharapkan lulusan SMK tidak lagi mendominasi angka pengangguran dan mampu bersaing di dunia kerja.

"Indonesia juga menghadapi tantangan ekonomi lainnya, yaitu penurunan daya beli masyarakat yang berdampak buruk pada sektor bisnis, baik online maupun offline," jelas Nur Hidayat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat per Februari 2024, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,2 juta orang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News