Angka Perokok Tinggi, Pemerintah Perlu Lakukan Program Pencegahan Berbasis Profil Risiko
![Angka Perokok Tinggi, Pemerintah Perlu Lakukan Program Pencegahan Berbasis Profil Risiko](https://cloud.jpnn.com/photo/galeri/normal/2021/09/10/model-saat-melakukan-sesi-pemotretan-kehidupan-malam-jakarta-o15h.jpg)
Hasil penelitian tersebut mengungkapkan pengguna produk tembakau alternatif yang telah berhenti merokok menunjukkan respons yang baik terhadap akumulasi plak atau infeksi bakteri dengan tingkat peradangan gusi seperti yang dialami non-perokok.
“Kami menyimpulkan bukan nikotin yang mempersempit pembuluh darah, melainkan TAR,” kata Dr. Amaliya.
Saat ini, negara lain seperti Swedia juga telah memanfaatkan upaya pengurangan bahaya tembakau dan mendukung penggunaan produk tembakau alternatif untuk mengurangi angka prevalensi perokok.
Hal ini dapat dikaji lebih lanjut oleh Pemerintah Indonesia.
Berkat pemanfaatan produk tembakau alternatif, persentase perokok di Swedia turun dari 15 persen menjadi 5,6 persen dalam 15 tahun terakhir.
Selain menurunkan angka perokok, pemanfaatan produk tembakau alternatif juga berdampak positif terhadap rendahnya persentase penyakit yang berkaitan dengan merokok dan insiden kanker sekitar 41 persen lebih kecil dibandingkan negara-negara di Eropa.(chi/jpnn)
Beralih dari kebiasaan merokok memang tidak mudah, tetapi upaya pengurangan bahaya tembakau dapat menjadi program pelengkap pemerintah dalam menekan perokok.
Redaktur & Reporter : Yessy Artada
- Peredaran Rokok Ilegal Makin Meningkat, Negara Boncos Hingga Rp 97,81 Triliun?
- Taru Martani Sukses Ekspor Perdana di 2025, Begini Harapan Bea Cukai Yogyakarta
- Bea Cukai Madiun Musnahkan 1,5 Juta Batang Rokok Ilegal di Kejari Ngawi
- Pendekatan THR Dinilai Strategi Efektif untuk Mengurangi Jumlah Perokok
- Oyoy Godplant Makin Aktif di Dunia Bisnis, Kini Mulai Garap Industri Vape
- Metode THR Berpotensi Selamatkan 4,6 Juta Perokok di Indonesia