Angka Rabies di Bali Masih Tertinggi di Indonesia Meski Vaksinasi Sudah Dilakukan
Mereka menuturkan pihak keluarga juga tidak mencari pengobatan maupun vaksin anti rabies, dan memilih untuk melakukan pengobatan sendiri dengan mengoleskan minyak di sekitar luka.
Pola berpikir dalam masyarakat masih menjadi tantangan untuk membasmi rabies, seperti yang dikatakan Ketua Pusat Kajian One Health Universitas Udayana, Profesor Ni Nyoman Sri Budayanti.
"Yang susah itu adalah anak-anak yang tidak lapor ke orang tua digigit anjing, orang yang ekonominya tidak terlalu bagus," ujar dr. Sri kepada Billy Adison dari ABC Indonesia.
"Mereka pikir dari dulu juga rabies sudah ada, tergigit tidak apa-apa, [dan sayangnya] itu terbukti dari lima kasus [kematian] itu," tambahnya.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali mencatat lebih dari 39.000 orang digigit hewan pembawa rabies di tahun ini, dengan sekitar 90 persen di antaranya akibat gigitan anjing di Bali.
Sementara baru 54,9 persen warga Bali sudah divaksinasi, menurut data tersebut, dan daerah Gianyar menjadi yang terendah kedua.
Upaya Bali menekan angka rabies
Jumlah kasus rabies dan gigitan hewan pembawa rabies sudah "menurun" lewat upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan sejumlah lembaga, ujar dr Sri yang sudah berkecimpung di penanganan rabies dari kasus tercatat pertama Bali pada tahun 2008.
Pusat kajian One Health dengan dukungan pemerintah Australia sudah melakukan sejumlah upaya, seperti membuat kebijakan untuk mencegah dan mengendalikan rabies.
Rabies masih menjadi tantangan di Bali karena masih kurangnya pemahaman warga soal apa yang harus dilakukan pada anjing yang sakit serta bahaya rabies
- inDrive Luncurkan Jaket dan Helm Terbarunya, Lihat
- Bandar Arisan Bodong Itu Mbak ND, Puluhan Orang Tertipu
- Dunia Hari Ini: Lebanon Mengatakan AS Jadi Kunci dalam Perang dengan Israel
- Dunia Hari Ini: Serangan Udara Israel Menewaskan Hampir 500 Jiwa
- Dunia Hari Ini: Sri Lanka Punya Presiden Baru
- Dugaan Jual Beli Bayi oleh Pemilik Yayasan Anak di Bali Diusut Polisi, Modusnya