Angka Siswa DO Masih Tinggi
Minggu, 10 Februari 2013 – 05:18 WIB
BANJARMASIN - Angka putus sekolah atau dropout (DO) di SD dan SMP masih tinggi. Padahal, konstitusi dengan tegas menyatakan bahwa pemerintah harus menjalankan program wajib belajar pendidikan dasar (wajardikdas) sembilan tahun (mulai SD hingga SMP). Merujuk kepada kondisi itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun ini mencanangkan gerakan zero DO. Menteri asal Surabaya itu menambahkan, apa pun alasannya, kasus putus sekolah tidak boleh terjadi. Dari analisis sementara, kasus putus sekolah dari SD ke SMP terjadi karena tidak ada jaminan siswa tetap memperoleh beasiswa atau bantuan siswa miskin (BSM).
"Semua siswa SD tidak boleh DO di tengah jalan dan wajib melanjutkan ke SMP," kata Mendikbud M. Nuh di kampus Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Sabtu (9/2).
Nuh mengatakan, kelompok masyarakat yang berisiko tinggi kasus DO adalah kalangan keluarga miskin. Dari seluruh siswa SD, keluarga miskin yang putus sekolah tercatat 87 persen. "Dari yang lulus itu, hanya 56 persen yang melanjutkan ke SMP," ujar Nuh.
Baca Juga:
BANJARMASIN - Angka putus sekolah atau dropout (DO) di SD dan SMP masih tinggi. Padahal, konstitusi dengan tegas menyatakan bahwa pemerintah harus
BERITA TERKAIT
- Bantu Siswa di Kaldera Toba, PGTS dan GO Buka Program Bimbel Persiapan Masuk PTN 2025
- Mitigasi Inklusif Kolaboratif Organisasi Jadi Model Ideal Hadapi Bencana Nonalam Pandemi
- Santri Disabilitas di Bandung Terima Beasiswa Pendidikan Khusus
- Kuliah Tamu di BINUS University, Dosen FISIP UPNVJ Bicara soal Netnografi
- Siap-siap! Sumbangsih Cup 2025 Segera Digelar, Dijamin Seru dan Meriah
- Unika Atma Jaya Resmikan School of Bioscience, Technology, and Innovation