Angkatan 98 Dinilai Durhaka
Sabtu, 27 Oktober 2012 – 20:10 WIB

Angkatan 98 Dinilai Durhaka
JAKARTA - Sejarawan muda dari Komunitas Bambu, JJ Rizal menilai sejarah sumpah pemuda mengalami perubahan isi sejak tahun 1950. Bahkan kata "sumpah" itu telah diintroduksi sejak tahun 1958. Kata "sumpah" dipakai lantaran untuk mensakralkan peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Hal ini menurutnya perlu dikoreksi. "Aktor-aktor yang memainkan peranan itu anak-anak muda, tapi jarang dibahas soal regenerasi. Kalau direfleksikan kekinian, peran pemuda itu mengambil alih peran orang tua. Persoalannya generasi 98 itu durhaka. Dia mengkhianati cita-citanya sendiri," ujar JJ Rizal.
"Kata sumpah itu diintroduksi tahun 1958. Dipakai kata sumpah itu lantaran untuk mensakralkan. Sebenarnya ga pernah ada. Isinya pun berbeda. Nah ini kebohongan sejarah yang perlu kita koreksi. Kata-kata sumpah itu sebenarnya ga ada. Yang ada itu mengaku," kata Rizal dalam sebuah diskusi bertema "Sumpah Pemuda di Tengah Sumpah Serapah", di Cikini, Jakarta, Sabtu (27/10).
Baca Juga:
Dia mengingatkan bahwa yang terpenting dalam Sumpah Pemuda adalah peristiwa itu selalu merefleksikan bagaimana pemuda untuk menjawab tantangan di masa yang akan datang. Akan tetapi, sampai saat ini hal itu tidak dilakukan dengan benar oleh generasi muda terutama pascareformasi.
Baca Juga:
JAKARTA - Sejarawan muda dari Komunitas Bambu, JJ Rizal menilai sejarah sumpah pemuda mengalami perubahan isi sejak tahun 1950. Bahkan kata "sumpah"
BERITA TERKAIT
- Data Resmi BKN Jumlah PPPK Paruh Waktu dari Seleksi Tahap 1, Lebih Banyak
- PN Jakbar Tunda Putusan Perkara Gugatan Lahan di Daan Mogot
- Polres Tarakan Diserang Oknum TNI, Kapolda dan Pangdam Langsung Angkat Bicara
- APJATI Antusias Sambut Pembukaan Penempatan PMI Sektor Domestik ke Timur Tengah
- Pemprov DKI Tak Akan Berikan Kompensasi untuk Warga yang Terdampak Bau RDF Rorotan
- Menhut Raja Antoni Memandikan Gajah di Tangkahan, Dukung Ekowisata di Taman Nasional