Ani Ema Susanti, dari TKW Jadi Produser Film Dokumenter
Berkat Pengalaman Jadi Pembantu di Hongkong
Jumat, 01 Juni 2012 – 00:01 WIB

Ani Ema Susanti (dua dari kanan) bersama sineas Nia Dinata (dua dari kanan) usai menghadiri festival film Berlinale 2009 di Jerman. Foto : Dokumen Pribadi for Jawa Pos
Tetapi, di balik "kemakmuran" tersebut, Ani menyaksikan sederet kenyataan pahit dari kehidupan para buruh migran yang mengais penghidupan di negeri orang tersebut. Banyak keluarga TKW yang tidak terurus, bahkan kacau-balau, setelah ditinggal bekerja di luar negeri bertahun-tahun.
"Banyak juga yang pulang dari luar negeri malah cerai. Ada juga yang keluarganya telantar. Belum lagi yang dapat siksaan fisik dari majikan dan pulang dengan kondisi cacat atau sakit parah," urainya.
Ketika Ani duduk di bangku SD, guru-gurunya rajin mengingatkan agar tidak mengikuti jejak warga yang menjadi TKW. Hingga SMA, nasihat gurunya tersebut terus terngiang dalam ingatan. Apalagi, Ani bersekolah di SMA favorit di Jombang. Meski keluarganya miskin, dia ingin melanjutkan kuliah di perguruan tinggi.
Perempuan kelahiran 6 Agustus 1983 itu ingin meraih gelar sarjana dan menjadi guru seperti adik ibunya. Dia melihat kehidupan pamannya jauh lebih layak bila dibandingkan dengan orang tuanya yang hanya buruh tani.
Pengalaman menjadi TKW di Hongkong mengantarkan Ani Ema Susanti sukses di bidang film dokumenter. Berbagai penghargaan nasional dan internasional
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu