Anies Copras Capres
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Akan tetapi, di sisi lain garis tangan membawa keberuntungan bagi Anies.
Dia bisa langsung mempersiapkan diri untuk maju dalam kontestasi Pemilihan Presiden 2024, tanpa harus meninggalkan kursi gubernur di tengah jalan.
Asumsinya, kalau Anies bisa maju untuk periode kedua dia akan menang. Akan tetapi, itu akan menjadi persoalan ketika dia ingin maju dalam Pilpres 2024, karena dia harus berhenti di tengah jalan.
Tidak ada yang kebetulan atau kecelakaan dalam politik. Kalau ada yang terlihat sebagai kebetulan, Anda berani bertaruh bahwa hal itu dibuat seperti kebetulan. Begitu kata Franklin D. Roosevelt.
Dalam kasus Anies, ‘’kebetulan’’ itu mungkin bukan dibuat kebetulan yang dirancang oleh manusia. Bisa saja ada ‘’divine intervention’’, campur tangan ilahiah, di dalamnya.
Jokowi harus menghindar dari kejaran wartawan dengan narasi copras capres. Dia berbohong, tetapi akhirnya terciduk juga. Ketika ‘’tawaran’’ dari PDIP muncul, Jokowi langsung menyahutnya dengan mengatakan siap.
Dia meninggalkan tugasnya sebagai gubernur DKI. Mungkin lawan politiknya bisa menuduhnya ‘’tinggal glanggang colong playu’’, melarikan diri meninggalkan gelanggang perang.
Sebaliknya, Anies tidak perlu membuat narasi copras capres. Anies mengambil jalan tegas bahwa dia siap maju dalam kontestasi Pilpres 2024. Itulah yang menjadi pembeda Anies dari Jokowi.
Anies telah menjadi antitesis Jokowi. Anies, sengaja atau tidak, menempatkan positioning-nya sebagai jawaban untuk kemunculan tokoh alternatif pasca-Jokowi.
- Sampit Bantul
- Proliga 2025: Jakarta LavAni Revans Lawan Bhayangkara Presisi, Ekspresi SBY Jadi Sorotan
- Jokowi Masuk Daftar Pimpinan Korup, PBNU: Apakah Lembaganya Kredibel?
- Jokowi Absen Pertemuan Eks Gubernur Jakarta, PDIP: Malu Namanya Masuk Daftar OCCRP
- Sugeng Budiono Apresiasi Kritik Haidar Alwi Terhadap Survei OCCRP
- Akademisi Nilai Daftar Tokoh Terkorup OCCRP Tidak Jelas Ukurannya