Anies dan Jokowi
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Jokowi sudah mulai berhasil mengonsolidasikan kekuatannya dan sudah mulai memetakan siapa-siapa saja yang berpotensi mengancam posisinya pada pemilu berikut.
Anies masuk dalam kategori itu, dan karena itu tidak boleh diberi panggung di kabinet.
Lepas dari kabinet Anies maju di pilgub DKI pada 2016.
Untuk kali pertama dalam sejarah republik, persaingan memperebutkan kursi gubernur berlangsung begitu kerasnya sampai terjadi polarisasi yang membelah publik.
Pada masa pilgub inilah muncul polarisasi cebong vs kampret yang merepresentasikan persaingan nasionalis vs agamis.
Anies Baswedan vs petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi persaingan politik paling keras dan paling seru dalam sejarah republik.
Sebagai petahana, Ahok diunggulkan. Gaya politiknya yang menyala-nyala banyak menarik perhatian pemilih.
Sementara Anies lebih memilih pendekatan yang anteng dan adem.
Jokowi adalah antitesis yang menjadi sintesis baru dari fenomena SBY. Anies juga punya potensi menjadi sintesis baru dari fenomena Jokowi.
- Yakin Pram-Rano Menang Satu Putaran, Anies Baswedan: Lihat Data KPU
- Mensesneg Prasetyo Hadi Melantik Mayjen TNI Ariyo jadi Kasetpres, Ini Pesannya
- Teruntuk Jenderal Listyo Sigit, Anda Dicap Terlibat Merusak Demokrasi di Indonesia
- Hasto: Sosok Penentang Intervensi Jokowi Kini Terpilih di Pilkada Gunungkidul
- Dihubungi SBY dan AHY, Calon Wali Kota Pekanbaru Agung Nugroho Dapat Ucapan Selamat
- PDIP Keok di Kandang Sendiri karena Prabowo dan Jokowi