Anies, Ganjar, dan Kang Emil Balapan

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Anies, Ganjar, dan Kang Emil Balapan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Selama ini jaringan Muslimat NU di Jawa Timur menjadi mesin politik yang canggih bagi Khofifah, sehingga bisa mengalahkan petahana Saifullah Yusuf dalam Pilgub 2019.

Khofifah juga punya daya survival politik yang tinggi. Ia tidak putus asa meskipun dua kali kalah (atau dibikin kalah) di Pilgub Jatim. Baru pada pertandingan ketiga Khofifah bisa menang. Tidak banyak politisi yang punya daya survival seperti Khofifah.

Dalam kepengurusan PBNU di bawah Gus Yahya Staquf sekarang Khofifah masuk sebagai pengurus. Hal ini menjadi peluang sekaligus kendala, karena Gus Yahya sudah sejak awal menegaskan PBNU tidak akan berpolitik terutama yang berkaitan dengan pilpres 2024.

Namun, PBNU tidak akan bisa menghalangi pengurus-pengurusnya untuk menjadi kandidat politik, apalagi komposisi politisi pada kepengurusan PBNU kali cukup tinggi.

Pasangan Anies-Khofifah masih bersifat sangat spekulatif dan prematur. Masih banyak faktor yang harus dipenuhi untuk bisa mempertemukan pasangan itu. Anies juga belum punya partai politik.

Dengan mengasumsikan presidential threshold masih tetap 20 persen, langkah pertama yang harus dilakukan Anies adalah mencari--atau menerima tawaran--dari partai politik untuk bergabung.

Sudah ada suara santer Anies bakal masuk ke Partai Nasdem. Mungkin lebih tepat disebut Anies kembali ke Nasdem, karena Anies tercatat sebagai salah satu deklarator Nasdem, semasa masih menjadi ormas, bersama antara lain Sultan Hamengkubuwono X.

Kalau Anies menggandeng Khofifah dia akan 'mengemulasi' Ganjar.

Anies berkunjung ke Makassar, Ganjar ke Lampung, dan Ridwan Kamil ke Jawa Timur.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News