Anies Pilihan Paling Realistis, PKS Sebaiknya Segera Ikat Jadi Cawapres
Selain belum memenuhi 20 persen presidential threshold, pilihan semakin terbatas sejak Koalisi Indonesia Bersatu yang terdiri atas Golkar, PPP dan PAN terbentuk beberapa waktu lalu.
Belum lagi Partai Gerindra dan PDI-P yang masing- masing memiliki capres sendiri.
"Ada 4 partai yang bisa berakrobat untuk menjadi satu kesatuan koalisi partai pengusung Anies Baswedan. Keempatnya yakni Nasdem, PKB, Demokrat, termasuk PKS," tambahnya.
Meski demikian, Hasan menilai ada kerumitan pada keempat partai yang nyaris sama besarnya di parlemen dalam mengusung Anies Baswedan. Terutama dalam hal partai yang akan menjadi pemimpin koalisi.
Ia mencontohkan saat PKS ingin menjadi partai resmi pengusung Anies Baswedan, maka Partai Nasdem akan meminta sebagai pemimpin koalisi karena jumlah kursinya di DPR paling banyak diantara empat partai itu.
Seperti diketahui, ada perbedaan yang sangat tipis dalam jumlah perwakilan keempat partai di DPR. Partai Nasdem memiliki 59 kursi, PKB 58 kursi, Demokrat 54, dan PKS 50 kursi.
"Nasdem juga nanti bilang, Anies Baswedan perwakilan dari kami ya, karena kita 59 kursi. Tapi nanti PKS balas menjawab, kalau karakakter massa, mereka yang paling solid dukung Anies. jadi perdebatannya masih panjang," tambahnya.
Ia mencontohkan jika PKS gabung ke KIB, maka perdebatan partai pengusung Anies Baswedan tidak akan terjadi. Begitu juga jika PKS membawa Anies Baswedan ke Gerindra maupun PDI-P.
Pendiri Cyrus Network Hasan Nasbi menilai PKS paling memungkinkan mendorong Anies Baswedan sebagai cawapres 2024
- Pramono Lanjutkan Kebijakan Anies, Warga Kedoya Utara Dijamin Bebas Penggusuran
- Mardani PKS Sebut Debat Anies Vs Ahok Lebih Seru, Ridwan Kamil: Ini Bukan Ring Tinju
- Plh Presiden PKS Ajak Ribuan Anggota PKS Solid Bergerak Memenangkan Andra-Dimyati
- Soal Jalan Raya Sawangan dan Rp 300 Juta per RW, Rawan Pelanggaran Hukum
- Demi Kemenangan di Pilkada 2024, Plh Presiden PKS Beri Instruksi untuk Kader se-Banten
- Anies Baswedan Kenang Momen Bersama Marissa Haque ketika Kuliah di Amerika