Anindya Bicara Visi Bisnis Grup Bakrie

Anindya Bicara Visi Bisnis Grup Bakrie
Anindya Novyan Bakrie. Foto: Adrianto/Indopos
Bos provider jaringan telekomunikasi CDMA terbesar di Indonesia, dengan 10 juta pelanggan itu juga berbagi pengalaman dirinya ditempa keluarga untuk menekuni bisnis. Pertama, yang dia lakukan adalah berpikir cepat, menentukan pilihan plan seperti saat masuk lift saja. Saat keluar lift, harus bisa menemukan ide singkat yang besar dan aplikatif. "Itu yang sering saya lakukan," kata Anindya.

Di perusahaan keluarga ini, pertama kali Anin disuruh menangani Anteve yang hampir bangkrut karena dililit utang. "Pekerjaan pertama saya adalah berurusan dengan pengadilan, terus merestrukturisasi utang menjadi nol dengan cara menjual sebagian sahamnya, tahun 2002. Saat itu saya berpikir, ini dikasih kerjaan saja kok yang di perusahaan yang hampir tutup. Sekarang, Anteve makin sehat dan berkembang," akunya.

Hal serupa terjadi saat mengambil alih Lativi bulan Maret 2007. Perusahaan TV tersebut juga tengah dililit utang besar. Sementara rating dan share-nya selalu berada di urutan terbawah. Februari 2008 Lativi berubah menjadi TvOne. Format TV diubah dari general TV menjadi News TV. "Kalau biasa-biasa saja kan pasti tidak ditonton orang. Maka jadilah TVOne seperti sekarang ini," jelasnya.

Yang menarik dari pandangan anak muda ini adalah fundamental ekonomi negeri ini yang menurut dia masih sangat rapuh. Memang, pendapatan per kapita naik, cadangan devisa naik, pertumbuhan ekonomi daerah (provinsi) juga membaik. Indeks kemiskinan menurun. Indeks pengangguran berkurang. Tapi kegiatan ekonomi itu lebih banyak karena konsumtifme masyarakat kita? Saya khawatir justru kita ini dijadikan pasar yang potensial bagi produk lain dari negara lain?" kata dia.

Generasi ketiga kerajaan bisnis Bakrie paling tua adalah Anindya Novyan Bakrie, putra sulung pasangan Aburizal Bakrie dan Tatty Bakrie. Anak muda

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News