Anis Byarwati Minta Pemerintah Waspada pada Angka Deflasi Tahunan

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyatakan Indonesia kembali mengalami deflasi sebesar 0,09 persen year-on-year (yoy) pada Februari 2025.
Kali ini merupakan yang pertama kali terjadi sejak deflasi tahunan terakhir pada Maret 2000.
Ketua DPP PKS Bidang Ekonomi dan Keuangan Anis Byarwati menilai pemerintah perlu mewaspadai angka deflasi tahunan tersebut.
Pasalnya, sebelumnya, Indonesia sempat mengalami deflasi bulanan berturut-turut pada periode Mei-September 2024.
"Artinya, setelah 25 tahun, indonesia kembali mengalami deflasi tahunan, lembaga eksekutif perlu mendalami situasi ini dan mewaspadainya" kata Anis, dikutip, Jumat (7/3).
Deflasi yang biasanya terjadi merupakan gejala konsumen secara luas tidak bisa mengkonsumsi barang dengan wajar atau paling tidak menunda konsumsinya.
Anggota Komisi XI DPR RI itu menyebut deflasi ini salah satunya disebabkan karena daya beli masyarakat masih melemah.
"Karena rangkaian deflasi ini, terjadi berturut turut dalam beberapa bulan, sama seperti deflasi 0,76 persen di Januari dan 0,02 persen di Februari," ujarnya.
Ketua DPP PKS Bidang Ekonomi dan Keuangan Anis Byarwati menilai pemerintah perlu mewaspadai angka deflasi tahunan.
- Ekonom Sebut Indonesia Punya Penyangga Kuat di Tengah Gejolak Pasar Global
- Data BPS: Inflasi Tahunan Maret 2025 Lebih Rendah dari Tahun Lalu
- Saham Anjlok Lagi, BEI Terapkan Penghentian Sementara Perdagangan
- Respons Kebijakan Impor AS Yogyakarta Harus Adaptif
- Rupiah Nyaris Rp 17 Ribu, Cermin Ketidaksiapan Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi
- PIK 2 Dinilai Bisa Jadi Titik Balik Kebangkitan Ekonomi Pesisir