Annegret Haake, Separoh Hidupnya untuk Promosikan Batik
Selasa, 26 Februari 2013 – 08:26 WIB

Annegret Haake berpose bersama salah satu batik kesayangannya di kediamannya di Kornberg, Jerman. FOTO :SEKARING RATRI A/Jawa Pos
Dia memang cenderung mencintai batik tulis daripada batik cap. Karena itu, sekalipun harganya selangit, dia tetap memilih batik tulis. Meski begitu, dia pernah tertipu. Sekitar 15 tahun lalu dia membeli batik Sidomukti di Solo. Dia membeli batik tulis, tapi belakangan diketahui bahwa batik itu ternyata produk cap.
"Saya membelinya 15 tahun silam dan baru beberapa bulan lalu saya tahu itu batik cap. Saya merasa tertipu," sesalnya.
Annegret dibesarkan di Bremen. Tidak lama kemudian, dia pindah ke Hamburg pada 1945. Pada usia 15 tahun dia mulai menyukai teknik mewarnai kain ala Eropa.
Awalnya Annegret bersekolah seperti remaja putri pada umumnya meski saat itu perang dunia kedua tengah terjadi. Namun, dia kemudian harus meninggalkan sekolah untuk mengurus lahan pertanian milik keluarganya. Pada 1955 dia bersama dua saudaranya pindah ke tempat lain yang tidak jauh dari Hamburg. Tiga bersaudara itu harus bahu-membahu untuk mengurus lahan pertanian warisan orang tua mereka.
JAUH sebelum UNESCO mengakui batik sebagai World Cultural Heritage pada 2009, segelintir orang Jerman sudah menaruh perhatian besar terhadap warisan
BERITA TERKAIT
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara