Antara Kelompok Abu Sayyaf dan Bisnis Penculikan

Catatan: Kardono Setyorakhmadi (Wartawan Jawa Pos)

Antara Kelompok Abu Sayyaf dan Bisnis Penculikan
Ilustrasi. AFP

jpnn.com - SALAH satu pengalaman tak terlupakan dalam semua liputan saya adalah pergi ke Zamboanga, Mindanao, Filipina Selatan, 2007.

Saat itu lebih dari sebulan saya menelusuri kamp-kamp pelatihan teroris di Fi- lipina Selatan Diterima baik oleh Moro Islamic Liberation Front (MILF), namun berbeda ketika masuk di Zamboanga. Kota yang dikuasai kelompok Abu Sayyaf.

Suasana aneh langsung terasa begitu kaki menginjak Port of Zamboanga, pelabuhan kecil di kota tersebut. Naik angkot, semua langsung turun sambil melihat saya dengan pandangan menyelidik. 

Dua orang di antara mereka langsung menelepon sembari tetap memandangi saya. Risi juga. Untung, dua gerilyawan MILF yang selalu menemani saya ke mana pun bisa menetralisasi suasana.

Tidak mendapat apa-apa (karena permintaan saya untuk mewawancarai pimpinan kelompok itu tidak ditanggapi), saya memutuskan pergi keesokan harinya. 

Saya cukup beruntung karena dari rekam jejaknya, kelompok tersebut pada 2000–2007 telah menculik 20 jurnalis dengan motif tebusan.

Terjebak di antara kesulitan dana operasi (sulitnya funding dari luar negeri) dan makin beratnya me- rampok, kelompok itu memilih penculikan sebagai sumber pendapatan baru. Sasaran mudah, kerja tak terlalu repot karena sasaran bisa random siapa saja, dan hasilnya besar. 

***

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News