Antara Kelompok Abu Sayyaf dan Bisnis Penculikan

Catatan: Kardono Setyorakhmadi (Wartawan Jawa Pos)

Antara Kelompok Abu Sayyaf dan Bisnis Penculikan
Ilustrasi. AFP

Nama Abu Sayyaf memang lekat dengan kekerasan. Didirikan Abdurajik Abubakar Janjalani pada 1991, kelompok tersebut terkenal dengan serangkaian penculikan dan terornya.

Mindanao memang bagaikan rimba. Senjata dijual dengan bebas (saat ke sana, saya ditawari pistol Glock dengan dua magasin yang hanya dibanderol Rp 2 juta dan M-16 yang hanya Rp 8 juta), kawasan yang tak sepenuhnya dikontrol baik oleh polisi maupun tentara, iklim politik yang ruwet, serta menjamurnya kelompok militan bersenjata.

Sebagai ilustrasi, jika di Indonesia spanduk-spanduk kamtibmas berbunyi: ’’Awas curanmor, beri kunci ganda’,’ di Mindanao tidak demikian. Isinya lebih keras: ’’Stop Kidnapping’.’ Hentikan penculikan. Artinya, penculikan di Filipina Selatan mungkin setara dengan curas ranmor.

Orang sering meremehkan bahaya, kecuali jika bahaya itu sudah menimpa mereka. Persis seperti itu reaksi kita terkait dengan pembajakan dua kapal berbendara Indonesia dengan 10 krunya yang dibajak kelompok Abu Sayyaf.

Dari data yang dilansir Komite Counter-Terrorism DK PBB, total ada USD 120 juta (Rp 1,5 triliun) yang dikeluarkan untuk membayar tebusan penculikan kelompok teror. Itu terjadi dalam empat tahun terakhir dan komite tersebut menyebut angkanya sangat ’’moderat”.’Artinya, banyak kasus penculikan yang belum tercatat.

Pemerintah begitu reaksioner dengan mengabarkan sejumlah opsi operasi militer, lengkap dengan sejumlah pasukan khusus yang akan diterjunkan. Langkah tersebut memang baik. 

Tapi, itu hanya seperti suntikan penenang demam. Juga, membahayakan sandera (jika Anda seorang penyandera dan tahu bahwa negara orang yang disandera sedang menyiapkan operasi militer besar, apa yang dilakukan? Apakah kemudian takut dan sukarela menyerahkan sanderanya?).

Sudah seharusnya pemerintah lebih menyadari bahaya fenomena penculikan kelompok teror itu dan kemudian mengajak Malaysia dan Filipina untuk bertemu. Berunding untuk melakukan operasi bersama guna mereduksi potensi tersebut hingga sekecil-kecilnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News