Antek Rusia Klaim Dibombardir Ukraina, Inikah Awal Perang Dunia III?
jpnn.com, MOSKOW - Pemberontak dukungan Rusia di Ukraina timur pada Kamis menuduh pasukan pemerintah Kiev menyerang wilayah mereka dengan mortir, melanggar perjanjian yang telah disepakati untuk mengakhiri konflik, kantor berita RIA melaporkan.
Rusia telah mengerahkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina sembari menuntut janji NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) untuk tidak menerima Kiev sebagai anggota.
Negara-negara Barat telah mengancam Moskow dengan sanksi-sanksi baru jika Rusia menyerang Ukraina. Moskow membantah akan melakukan serangan.
Baku tembak sporadis di antara kedua kubu telah dilaporkan di wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, eskalasi konflik yang telah berlangsung bertahun-tahun dengan separatis di Donbas bisa menyulut ketegangan antara Rusia dan Barat.
Wakil dari pemberontak, yang memproklamasikan diri sebagai Republik Rakyat Luhansk, mengatakan bahwa pasukan Ukraina menggunakan mortir, peluncur granat, dan senapan mesin pada Kamis, menurut laporan kantor berita Rusia itu.
"Pasukan bersenjata Ukraina dengan kasar telah melanggar gencatan senjata, menggunakan senjata berat, yang menurut perjanjian Minsk harus ditarik," kata wakil wilayah Luhansk di kelompok pengendali gencatan senjata Ukraina-Rusia seperti dikutip kantor berita Interfax.
Sebelumnya, Amerika Serikat memperingatkan bahwa Rusia telah menyiapkan sejumlah skenario sebagai pembenaran bagi invasinya ke Ukraina, salah satunya dengan memproduksi hoaks tentang agresi militer musuh.
Pemberontak sokongan Rusia, yang memproklamasikan diri sebagai Republik Rakyat Luhansk, mengatakan bahwa pasukan Ukraina menggunakan mortir, peluncur granat, dan senapan mesin
- Amerika Parkir Rudal di Jerman, Warga Lokal Merasa Tidak Nyaman
- NATO Tak Akan Pernah Membiarkan Rusia Menang
- Sekjen NATO Sebut China Sangat Berbahaya bagi Stabilitas Eropa
- NATO Pastikan Tak Ada Pengiriman Pasukan ke Ukraina
- NATO Ingin Mempererat Kerja Sama dengan Negara Kawasan Indo-Pasifik
- China Kembali Berulah, Situasi di Eropa Makin Keruh