Antisipasi Musim Kemarau, Maskapai ini Pakai Teknologi Modifikasi Cuaca Terbaru
Rangkaian hygroscopic-flare dapat diinstal pada rack mounting pesawat terbang dalam hitungan menit dan sudah siap dibawa terbang.
Proses loading flare yang cepat sangat mendukung keberhasilan modifikasi cuaca karena proses penyemaian awan dapat dilakukan pada waktu dan tempat yang tepat sehingga lebih efektif dan efisien.
Setiap 1 tabung flare berbanding sama dengan 700 kg bahan semai konvensional. Dalam sekali penerbangan jumlah flare yang bisa dioperasikan sebanyak 24 tabung.
Teknologi flare juga lebih ramah lingkungan dikarenakan bahan semai bersifat hygroscopis dapat langsung terserap seluruhnya oleh awan target tanpa ada residu yang akan jatuh kembali ke permukaan bumi.
"Bahan semai yang terpasang di pesawat Cessna Caravan 208 ini cukup efisien dan cukup mudah bongkar-pasangnya. Ini yang pertama di Indonesia," ujar Edi Supriadi, CEO PT Dinamika Aviasi Indonesia, design organization yang sudah tersertifikasi DGCA DOA (Design Organization Approval).
Menurut dia, alat tersebut tidak memiliki interface di pesawat karena punya bentuk yang portabel. "Segi elektrikalnya juga terpisah (menggunakan baterai)," jelasnya.
Pesawat ini sudah melewati serangkaian tes yang meliputi aspek keselamatan pesawat (safety), struktur pesawat, weight and balance dari PT Dinamika Aviasi Indonesia sebelum lepas landas. (jlo/jpnn)
Smart Aviation tengah menyiapkan teknologi modifikasi cuaca terbaru guna mengantisipasi musim kemarau.
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh
- Tangki Penyimpanan Air PLN UID S2JB Palembang Terbakar
- Pemkot Semarang Salurkan Air Bersih ke Wilayah Kekeringan
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan Dekat Athena, Api Berkobar Hingga 25 Meter
- BPBD Salurkan 3 Juta Liter Air Bersih Hadapi Kekeringan di Aceh Besar
- BPBD: 19 Hektare Hutan dan Lahan di Palangka Raya Terbakar pada 2024
- Cuaca Terik, Karhutla Terjadi di 6 Kecamatan Rohil