Anton Goei

Oleh: Dahlan Iskan

Anton Goei
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Kalau malam lebih indah lagi. Cahaya kota Malang seperti sampai di situ. Anton masih punya kebun durian di kota lain: Tegal, Jateng. Lebih luas lagi: 10 hektare.

Itu semua hanya untuk hobi. Bisnis utamanya tetap tebu, gula, dan turunannya. Istrinya punya hobi sendiri: masak. Dia buka restoran di tengah kebun durian. Masakan Jawa. Malang. Enak tetapi serba pedas –kecuali tempe dan singkong gorengnya.

Dari kebun durian ini Anton selalu menatap kota Malang di bawah sana: akankah ia akan maju lagi di tahun depan. Ia membaca keinginan rakyat begitu besar mendukungnya.

"Banyak partai sudah mendatangi saya. Termasuk PDI Perjuangan," ujar Anton. Belum lagi PKB. Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar terus mendorongnya.

Pihak pesaing Anton mulai pasang kuda-kuda: Anton akan terhalang aturan. Ancaman hukumannya dulu kan di atas lima tahun. Berarti tidak boleh mencalonkan dulu.

Pendukung Anton berpegang pada putusan pengadilan: 2 tahun penjara. Itu sudah ia jalani. Memang ada putusan lain: dicabut hak politiknya selama 2 tahun. Terhitung sejak selesai menjalani hukuman. Semua itu sudah lewat.

Pendukung Anton juga berpegang pada penegasan Menko Polhukam Mahfud MD. Kasus seperti itu tidak menjadi halangan hukum untuk Pilkada dan Pileg. Tapi, khusus untuk capres dan cawapres tidak boleh.

Kalau memang merasa tidak korupsi mengapa Anton tidak naik banding?

NAMANYA Haji Goei Hing An. Dipanggil Abah Anton. Fotonya banyak dipasang di Kota Malang. Maksudnya: agar Mochamad Anton maju lagi sebagai wali kota Malang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News